Try new experience
with our app

INSTALL

KLAKLIK 

Romance

Saat Cinta Menemukan Jalan

"Gadis itu stres, gila. Dia sangat mencintai putraku. Karena tidak ditanggapi, orang tuanya membenci keluargaku." Itu fitnah yang disebarkan Gus Rahman, putra sulung almarhum Kiai Adib. Tak hanya masyarakat sekitar Pondok Pesantren Nurul Ulum yang mengetahui hal itu, tetapi para alumni yang masih rajin mengunjunginya. Nama Hanum hancur, benar-benar hancur karena fitnah itu. Semua orang memandangnya aneh, bahkan ada yang saat berpapasan menunjukkan tatapan jijik. Padahal, sungguh, jangankan mencintai putra Gus Rahman dengan sangat dalam, mengaguminya pun tidak. Rasa kagum pada sosok yang selalu menundukkan pandang, pemilik suara cukup enak didengar, dan cara mengajar yang sangat mudah dipahami itu lenyap, lenyap bersama fitnah yang semakin hari semakin menyebar. "Orang tuanya sama sekali tidak sudi menyapa keluargaku, bahkan menjawab sapaan keluargaku. Padahal keluargaku sangat berbaik hati tetap memaafkan kesalahan anaknya yang sangat fatal." Lagi, lidahnya yang tanpa tulang itu mengucapkan kalimat dengan sangat enteng. Marah? Sangat. Sangat lumrah keluarga Hanum yang mulanya sangat baik pada mereka, tidak pernah perhitungan memberikan bantuan tenaga mendadak bungkam, menjauh. Mereka sangat keterlaluan. "Gadis itu membangunkan anakku yang tidur di kamar dan mengemis minta dinikahi. Anakku menolak halus, dia tetap mengemis minta dikawini." Lagi, ini sudah sangat fatal. Dada Hanum terasa sangat nyeri. Aku tidak serendah itu, lirih Hanum dalam hati.

Share