Try new experience
with our app

INSTALL

KLAKLIK 

Drama

Penyesalan Seorang Suami (sinopsis)

Penyesalan pasti datangnya belakangan. Seperti yang dirasakan oleh seorang laki-laki berusia 35 tahun yang bernama Albert. Albert yang bekerja sebagai orang kepercayaan dari seorang pengusaha kaya raya di kotanya, lupa diri ketika ia memiliki banyak uang. Albert lupa bagaimana kehidupannya yang dulu, ia yang dulunya hanya sebagai tukang ojek, dengan penghasilan yang tidak menentu. Beruntungnya dia yang memiliki istri yang sabar dan mau menerima dia apa adanya. Tidak pernah protes, selalu bersyukur seberapa pun uang yang diberikan oleh suaminya tersebut. Siva Yorisa, perempuan berhati lembut dan sangat menyayangi Albert. Ia selalu menemani dan membantu suaminya dikala susah. Tidak pernah sekalipun ia mengeluh dengan kehidupannya yang serba kekurangan bersama Albert. Kini setelah Albert diangkat menjadi orang kepercayaan dari seorang pengusaha kaya raya di sebuah perusahaan besar. Laki-laki berusia 35 tahun itu jadi lupa diri. Ia melupakan istrinya yang selama ini begitu setia menemaninya dikala mereka dalam keadaan susah dulu. Albert bahkan tidak peduli lagi dengan kedua mertuanya yang sudah tua. Ketika Siva meminta uang untuk biaya pengobatan kedua orang tuanya yang sakit, Siva malah di hina dan di caci maki oleh suaminya itu. Sikap Albert semakin membuat Siva geram, saat suaminya itu membeli sebuah rumah yang tidak terlalu besar tetapi terlihat mewah. Albert mulai berselingkuh dengan temannya yang penampilannya lebih modis, terlihat seksi. Tidak seperti istrinya yang selalu memakai daster. Albert jadi pelit kepada istrinya sendiri, ia malah memberikan uang gajinya kepada perempuan lain yang merupakan selingkuhannya. Albert juga sering menghina dan berkata kasar kepada Siva, istrinya. Laki-laki itu benar-benar sudah lupa akan dirinya yang dulu. Ia berubah menjadi laki-laki sombong. Suatu ketika kedua orang tua Siva datang ke rumah mereka, dengan kasar Albert menyuruh kedua mertuanya itu untuk pergi dari rumah. Ia tidak mau menerima kehadiran kedua orang tua dari istrinya itu tinggal di rumahnya. Siva tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa menangis melihat kedua orang tuanya dihina dan di usir oleh suaminya. Albert dengan terang-terangan membawa perempuan ke rumahnya, padahal di rumah ada istrinya. Betapa hancur hati Siva melihat kelakuan suaminya yang tidak menghargai dia sebagai istrinya. Terjadi pertengkaran hebat antara Siva dan Albert. Siva masih berusaha mempertahankan rumah tangganya agar tidak bubar, karena mereka sudah memiliki dua anak yang masih sekolah. Siva berpikir bagaimana dengan nasib anak-anak mereka jika ia dan suaminya bercerai. Perempuan yang selalu memakai daster itu bertekad untuk membuat suaminya sadar akan kesalahannya. Kehidupan rumah tangga Siva dan Albert bertambah panas, ketika ibu kandung Albert datang dan tinggal di rumah mereka. Ibu kandung Siva yang dari dulu tidak menyukai Siva menikah dengan anak semata wayangnya itu pun, terus membujuk Albert untuk menceraikan Siva yang tidak bisa apa-apa. Siva yang bisanya cuma berdiam diri di rumah dan menghabiskan uang saja. Ibu kandung dari Albert berniat untuk menjodohkan Albert kepada perempuan yang merupakan mantan pacar Albert dulu, sebelum anak semata wayangnya itu memutuskan untuk menikahi Siva. Ibu kandung Albert tidak pernah merestui pernikahan Albert dan Siva. Ya, Albert menikahi Siva tanpa restu dari ibu kandungnya. Perempuan paruh baya itu dari dulu tidak setuju ketika Albert mengatakan ingin menikah dengan perempuan yang bernama Siva, anak dari seorang petani yang sudah tua renta. Siva terus bersabar menghadapi ibu mertua dan suaminya yang tidak pernah menganggap dan menghargai dirinya demi kedua anaknya yang masih sekolah. Ia rela di hina dan di perlakukan kasar oleh suami dan mertuanya asal kedua anaknya masih bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Siva yang merupakan anak seorang petani miskin, tidak akan sanggup menyekolahkan kedua anaknya jika ia bercerai dengan suaminya. Perempuan berhati lembut itu hanya bisa diam, meskipun hatinya bagaikan ditusuk seribu jarum. Yaitu ketika dengan terang-terangan suaminya berkencan dengan perempuan lain. Anak pertama Siva dan Albert yang sudah berusia lima belas tahun, dan kini masih kelas tiga sekolah menengah atas. Memberanikan diri untuk menegur ayahnya yang sudah kelewatan menyakiti hati ibundanya. Albert jadi bertambah murka, karena anaknya sudah berani melawannya. Laki-laki itu menyalahkan Siva yang katanya tidak bisa mendidik anaknya dengan baik. Siva pergi dari rumah, ia kembali ke rumah kedua orang tuanya. Yaitu ketika anak pertamanya telah dinyatakan lulus sekolahnya. Ia membawa kedua anak perempuannya ke rumah kedua orang tua Siva yang tinggal di gubuk sederhana di pedesaan. Satu minggu setelah di tinggal istri dan kedua anaknya, Albert jatuh sakit. Ia jarang masuk kerja karena penyakitnya. Albert kemudian di pecat oleh bosnya karena ia jarang masuk kerja tanpa ada keterangan. Albert kembali menjadi pengangguran. Ia yang kemudian di vonis terkena penyakit liver, tidak bisa bekerja seperti dulu. Albert hanya bisa tergeletak di atas ranjang. Ibu kandung Albert pun jadi bingung. Perempuan atau mantan kekasih Albert yang akan dinikahi Albert dalam waktu dekat, tidak mau lagi dengannya ketika tahu Albert sakit-sakitan. Albert seperti orang mati. Ia tidak memiliki semangat hidup. Laki-laki itu frustrasi dengan kehidupannya yang tidak seperti yang ia harapkan. Albert kini hanya bisa menyesali apa yang sudah ia lakukan kepada kedua anak dan istrinya. Albert akhirnya tersadar jika hidupnya terasa hampa tanpa kedua anak dan istrinya tersebut. Namun, ia tidak mungkin meminta mereka untuk kembali karena ia sudah mengusirnya. Laki-laki itu kini sudah tidak berdaya. Hidupnya tergantung dengan obat. Ketika mendengar kabar jika suaminya sedang sakit parah. Siva yang masih mencintai suaminya meskipun suaminya itu sering menyakiti hatinya, perempuan berhati lembut itu pun tidak tega mendengar suaminya sakit. Siva mengajak kedua anaknya kembali ke rumah Albert atau ayah kandung dari kedua anaknya tersebut. Albert bersimpuh meminta maap atas apa yang sudah ia lakukan kepada istri dan kedua anaknya. Harta, pangkat dan kekuasaan telah membutakan mata dan hatinya. Ia jadi lupa diri, menyia-nyiakan orang yang begitu tulus mencintainya. Selalu menemaninya dalam suka dan duka. Siva dengan telaten mengurus suaminya yang sedang sakit. Ia kemudian bekerja di sebuah pabrik kain untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, untuk biaya sekolah anak keduanya yang masih sekolah di sekolah menengah pertama, setelah suaminya itu tidak bisa lagi memberikan nafkah untuk mereka karena suaminya saat ini sedang sakit. Siva tidak pernah mengeluh, ia dengan ikhlas mengurus suaminya yang sedang sakit, dan harus bekerja untuk biaya pengobatan penyakit suaminya yang sudah sangat serius dan membutuhkan penanganan dari seorang dokter spesialis. Siva tidak bekerja seorang diri. Anak pertama mereka yang kini sudah tidak sekolah, ikut membantu mencari uang untuk biaya pengobatan ayahnya. Anak pertama Siva dan Albert bekerja di sebuah perusahaan swasta. Albert tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia sungguh malu dengan istri dan anaknya. Dulu ketika dia masih diberi kesehatan dan memiliki banyak uang, ia sangat sombong. Istrinya yang dulu sering ia hina dan sakiti hatinya, masih mau mengurus dirinya yang sakit-sakitan. *** Tamat

Share