Contents
FASE ITU NYATA
SABAR
Beberapa minggu berlalu, status ia masih sama. Hari – hari ia lalui dengan ngebolang, tak sedikit pun cibiran dari mereka yang Ay dengar dengan kalimat candaan. Kepikiran pasti, tapi ia berusaha untuk acuh. Ya,, jawanya melbu kiwo metu tengen. Oh ya, pasti ada yang nanya, “emang Ay ga ada saudara selain Uta? Atau yang lebih dewasa mungkin?” Ada. Tapi karena Ay dan yang lain dari keluarga yang berkecukupan, jadi mereka tidak bisa membantu lebih. Ya, nasib bergantung pada diri sendiri, dan doa. Itu, yang bisa Ay andalkan.
Di minggu keberapa, Ay lupa. Ia mendapat panggilan dari perusahaan yang sama dengan Uta dan bisa dibilang favorit untuk remaja seumuran Ay. Excited, semangat full, bahkan optimis untuk lolos. Tahap pertama sampai selesai ia lewati dengan percaya diri. Namun, beberapa hari Ay dibikin penasaran dengan hasilnya. Ditunggu tunggu, belum juga ada kabar, Ay pun minta tolong ke Uta untuk menanyakan hasilnya ke pihak yayasan. Ternyata....
Uta : “Kring kring” ringtone handphone Uta
Uta pun segera membuka pesan, tiba – tiba Uta bilang..
Uta : “Kalau kamu tidak lolos gimana?”
Ay : “Ga papa..” ( nada tenang )
Uta pun memberikan handphone ke Ay
Ay : “Ya udah ga papa..” ( senyum dengan mata berkaca – kaca )
Uta : “Bener?”( menatap Ay tajam )
Ay : “Iya..”
Uta : ( memberikan ketenangan dengan beberapa kalimat )
Jujur, Ay kecewa dengan dirinya sendiri. Ia merasa tidak berguna, dan Ay belum berhasil karena kesehatannya. Sehari ia merenung, dan berfikir “kenapa saya tidak seberuntung mereka?” Tapi, ya sudahlah. Mau dipaksa pun hasilnya tetap sama.