Contents
Sang Jendral dan Putrinya
Putri Sang Jendral
Pagi hari itu seperti biasa Komisaris Besar Pol. dr. Ahmad Hari, M.Kes berangkat ke tempat tugasnya dari rumahnya Komplek Polisi ke Rumah Sakit Bhayangkara Polisi di daerah Surabaya, Jawa Timur menaiki mobil bersama dengan ajudannya, jaraknya cukup dekat hanya lima kilo dari tempat tinggalnya.Di kota Pahlawan ini ia memang seorang dokter dan baru saja diangkat menjadi Kepala Rumah Sakit Polisi di Surabaya, setelah menjalankan penugasan di daerah Kota Malang. Dalam perjalanan ketempat tugasnya ia teringat sedikit akan perjalanan hidupnya. Ia dan istrinya adalah adalah seorang dokter, mereka direkrut menjadi seorang polisi setelah mereka lulus kuliah kedokteran. Waktu itu institusi polri membutuhkan banyak dokter untuk ditempatkan di daerah – daerah. Dan sebagai perwira karir mereka langsung di tempatkan di pulau Madura, sebagai perwira kesehatan, berkerjasama dengan rumah sakit daerah Merekapun akhirnya menikah, setelah mereka mempunyai anak yang kedua, istrinyamengundurkan diri dari kepolisian.
Dalam lamunannya ia menarik napas, tidak mudah mencapai posisi yang sekarang ini, ia hanya seorang perwira karir biasa dengan umur sekarang 55 tahun, sekarang bisa menjadi Komisaris Besar dan menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Bhayangkara polisi di Surabaya,
Istrinya, dr. Siti hanya bisa berkata,”kita harus bisa mensyukuri atas apa yang Allah beri kepada kita”,
Anaknya yang pertama Devi mengatakan,”Alhamdullillah, Negara masih mempercayakan kepada papah untuk urusan rumah sakit polisi”,
Anaknya yang kedua Santi menambahkan,”biar mereka tahu, kalau papah bisa menjadi lebih baik dari teman – teman papah yang lain”,
“ssst, jangan begitu, kita harus bersyukur bukan menjelek - jelakkan orang lain”, Mamahnya menasehati.
“biarin saja mah, sekarang orang pada syirik pada kita, katannya kita pakai dukun, KKN dan lain – lainnya, duit dari mana, rumah kita aja masih pakai rumah dinas, cape dekh”, Devi berusaha membela adiknya.
Papahnya yang mendengar langsung menengahi,”kita semua harus bersyukur, benar kata mamah kalian, kalian jangan sampai berburuk sangka, supaya tugas yang papah jalankan menjadi berkah, kalian mengerti!”,
“iya pah
Yang mereka bicarakan memang tidak semuannya salah, maklum bagai sebuah pohon semakin tinggi akan semakin deras diterjang angin. Dulu sewaktu ia masih menjadi seorang perwira AKBP di Kota Malang teman – temannya sesama polisi dengan pangkat yang sama pernah menemuinya ingin membicarakan masa depan karir mereka, sekalian mengajaknya menonton acara Ludruk (kesenian cadaan khas Jawa Timur) lumayan buat anti stres, kata mereka
AKBP Budiman,”bagaimana kalau kita tahun depan sama – sama pensiun dini, biar kita bisa fokus ngurus keluarga dan anak – cucu”,
AKBP Fadly menambahkan,”lagian juga kita udah mentok, kemungkinan buat naik hampir tidak bisa”,
Hanya AKBP Ahmad Hari yang berusaha menyikapi dengan bijak ,
”kalau menurut saya sebaiknya kita mengikuti aturan yang ada, sampai ada perintah yang jelas dari pemimpin kita”.
Komisaris Besar Pol. dr. Ahmad Hari, M.Kes memiliki dua anak perempuan, yang pertama Devi sekarang kuliah kedokteran di Perguruan Tinggi Negri terkenal di Surabaya demikian juga adiknya Santi namun beda jurusan dia mengambil Sastra Arab, kedua anak itu lahir pas sadang ada Festifal Reog di Ponoroga, banyak sekali Warok dan gemblak (pemain Reog) yang mengahandiri acara tersebut,mereka memang di lahirkan di Ponorogo sewaktu papanya tugas di sana, hanya beda tahun, sementara ibunya setelah menyelesaikan spesilisasinya sekarang mengajar di Universitas yang sama dengan tempat ia kuliah dulu, dan sekarang tempat anak – anaknya kuliah.
Di kampus itu Devi sudah menjadi bintang di kampusnya, sudah banyak mahasiswa yang tertarik dengannya, salah satunya Muhammad Syam. Mereka berteman sejak mereka masih sekolah di SMU di Surabaya, Kalau menilik kebelakang, Muhammad Syam pun sebenarnya orang baru di SMU itu bahkan di kota itu, ia baru masuk sewaktu kelas dua pindahan dari Jakarta, yang memang sengaja dipindahkan ke Surabaya karena nakal, suka berkelahi, mabuk – mabukkan dan sebagainnya. Orang tuannya memindahkannya ke Jawa Timur di kota Surabaya,kota Phlawan agar lebih baik keadaanya.
Rupanya semenjak bergaul dengan Devi membuat keadaannya menjadi lebih baik, satu lagi yang lebih menarik bagi Devi adalah, Muhammad Syam juga merupakan anak polisi sama denganya. Namun tidak semuannya suka akan keadaan itu, seperti teman – temannya dan saudaranya Devy. sedangkan kedua orang tua Devi hanya bersikap netral. Devy pernah curhat kepada Papahnya sewaktu ia praktek dirumah sakit polisi yang dipimpin papahnya, diruangan Papahnya ia bertanya,
“menurut papah bagaimana dengan Syam?”,
“menurut kamu bagaimana?, kamukan yang menjalani hubungan dengannya?”,
“yaah bagaimana donk, dia kaya tidak jelas gitu, datang dan pergi sesukanya, kaya ada yang disembuyikan”,
“kita semua mempunyai masalah sendiri – sendiri, selama tidak melanggar hukum, tidak ada masalah”, papahnya berusaha menenangkan Devy,” katanya dia anak polisi juga, mungkin dia sedang ada masalah dengan pekerjaan orang tuanya, yah kamu tahukan polisi kerjaannya gimana”,
“iya sih”,
“intinya kamu harus sabar dalam menghadapi hidup ini, masih banyak hal lain yang perlu dikerjakan dan jangan lupa banyak - banyak beribadah”,
“iya pah"
Di kantin kampusnya, Devy sedang di nasehati oleh teman – temannya, disitu ada Feny, Shinta, dan Rina, semuanya calon – calon dokter, sambil makan, mereka saling berbicara,
Kata Feny,”kamu ngapain masih berhubungan dengan Syam, kaya ngga ada orang lain aja”,
“tau nih, jangan – jangan kena pelet”, Rina menjawab dengan dingin.
“enak aja”,
“coba deh kamu perhatikan si Rudi atau Toni, kayaknya mereka suka pada kamu, kelihatan banget, sering bertanya tentang kamu”,Shinta berusaha menjadi comblang,”tajir lagi”,
“enak aje!, emang kita cewe apaan”,
“tapi benar loh, si Rudi pernah ngomong ke kita di kantin ini, waktu itu kamu tidak ada, sambil melihat ke Devy, dia mau datang kerumah kamu, mungkin sudah putus asa kali, enga jelas hubungannya dengan kamu”, Feny berusaha memanasi keadaan.
“masa sih?, dia memang pernah bilang kalau akan datang ke rumah, tapi nanti setelah lulus kuliah dan jadi dokter”, Devy bertanya sekalian menjelaskan
“benar kan!, tunggu apa lagi”, Shinta berusaha memberi semangat,”orang yang sudah jelas, jelas semuannya, keluarganya, pekerjaannya dan terutama karirnya”.
Rina menambahkan,”katannya orang tuanya punya rumah sakit dan klinik di Sidoarjo, tajir oi”.
Devy hanya menarik napas panjang, sambil menseruput es tehnya dan berkata,
“engga tau dah, pusing mikirin gituan”,
Dalam hatinya benar kata mereka, hubungannya dengan Syam juga tidak jelas, ia hanya di PHP –kan oleh Syam. Ia memang dulu pernah berharap. Sewaktu terakhir bertemu di kampus ini dekat lapangan pakir, waktu itu wisuda pascasarjana papahnya Devy, Syam memang sudah menunggu lama. Ia berkata, di depan kedua orang tuanya, ibu Tati, dosen kami yang kebetulan ada bersama kami.
“saya memiliki pekerjaan yang bagus di Jakarta, usaha saya juga mulai berjalan, saya harap kamu bisa menunggu”,
Coba maksudnya apa?, saya suruh nunggu!, Benar – benar engga jelas.
“kamu usaha apa?”, Tanya ibu Tati
“usaha dibidang IT, bu",
Ibu Tati hanya menasehati,”kamu kuliah yang benar dulu, baru mencari kerja, jangan setengah – setengah”.
Sementara Papahnya Devi hanya mengigatkan,” benar kata ibu Tati, kamu kuliah dulu yang benar, yang nanti, nanti sajalah”, tapi berani juga Syam, dia pasti menunggu lama disitu, padahal ada Papahnya seorang perwira polisi.
Mamahnya hanya tersenyum dan menganguk saja, bagi orang tuanya, ini adalah masalah anak muda yang terus berkembang dengan penuh dinamis.
Adiknyapun hanya menggerutu. Benar kata teman – temannya dirinya pasti kena pelet.
“saya memohon maaf kepada bapak dan ibu karena menyayangi anak bapak dan ibu namun tidak bisa memberikan apa – apa”,
“kata Devy kamu anak polisi juga, sekarang tugas dimana?”, Tanya Papahnya Devi
“bapak saya sudah pensiunan, pak”,
“hmm, apa terakhir pangkatnya”,
“hanya orang bawahan pak”,
Papahnya Devi mengerti maksudnya dan tidak lagi bertanya tentang pekerjaan bapaknya Syam, ia hanya berusaha menasehati,
“saya hanya bisa mengatakan kamu harus kuat dan sabar jangan pantang menyerah, jangan hanya melihat kepada kerjaan orang tua kamu. Kamu anak polisi dan dididik oleh polisi tanamkan prinsip – prinsip bhayangkara di dalam diri kamu, jangan malu – maluin orang tua kamu, kamu mengerti!”,
“mengerti pak”, nasihat yang luar biasa dan menghujam kedalam relung hati Syam.
Setelah itu mereka pergi naik mobil, meninggalkan Syam sendiri di lapangan parkir berusaha
mendalami nasihat papahnya Devy, sedangkan Devy tidak berbicara sepatah kata pun. Nasehat itu pasti membuatnya semakin bersemangat.
Sesungguhnya yang dikatakan Syam tidak semuannya benar, memang benar ia anak seorang polisi dan sudah pensiun, namun dengan tiga bintang dipundaknya, dan sekarang negara masih mempercayakannya untuk bertugas sebagai Duta Besar. Keluarganya adalah keluarga terpandang di Negara ini, terutama dari pihak ibunya karena kakeknya adalah konglomerat keratek sukses dari Kediri. Mungkin itu juga yang membuat Papahnya sukses di kepolisian. Namun Devy, keluarga dan teman – temannya tidak tahu hal itu. Dikirimnya Syam ke Surabaya, sewaktu ia SMA, agar ia bisa mempelajari menghayati sejarah perjuangan para Pahlawan di Surabaya dan merasahkan bagaimana hidup susah dan namun harus berjuang di zaman kemerdekaan melawan penjajah.
Sebenarnya Syam sedikit – sedikit mulai berubah semenjak mengenal Devy, ia mulai belajar masalah tanggung jawab, disiplin, bahkan belajar dan sholat, semua ia kerjakan dengan sebaik - baiknya, ini terutama sesuai keinginannya untuk tetap bersama Devy. Sementara keluarganya senang sekali dengan perubahan sikap Syam, makannya Syam meminta kepada keluarganya untuk memberinya kesempatan untuk belajar berbisnis, untuk membuktikan ia bisa membuat bangga keluarganya.
Sewaktu di Kediri, iapun bertemu kakeknya, berusaha mendapatkan modal usaha dengan membawa proposal,
“kamu mau berbisnis apa?”, dengan tenang kakeknya bertanya sambil membaca Koran dan duduk di kursi goyangnya.
“bisnis IT, kek”,
“kongkritnya?”,
“seperti e-commerce, berjualan di internet dengan membikin website, dan mungkin nanti saya akan membuat portal berita – berita di internet, kebetulan saya kuliah di Fakultas Teknik Informatika, jadi Insya Allah saya bisa sedikit - banyak menguasai, kek”,
“apa yang kamu mau jual?”,
“banyak, kek, terutama otomotif, elektronik dan lainnya, dan lebih terutama barang – barang yang second “,
“lalu bagaimana kamu akan dapet untung?”,
“dari commercial atau iklan, makannya untuk pertama saya sangat butuh bantuan kakek”,
“kamu akan berjalan dengan siapa?”
“ada teman saya yang di Jakarta yang akan membantu kek”,
“bagaimana dengan kuliah kamu?, nanti kamu diomelin ibu kamu”,
“saya masih bisa membagi waktu, kek, kuliah bukan seperti orang kerja atau sekolah, begitu selesai satu mata kuliah saya bisa pergi kemana – mana”,
“coba kakek lihat proposal kamu!”,
Syam memberikan proposalnya kepada kakeknya, terlihat kakeknya sedikit membacannya, kemudian mengatakan,
“kakek pelajari dulu proposal kamu, nanti kamu akan diberitahu keputusannya”,
“iya kek, bagaimana menurut kakek ide saya”,
“bagus”,
Singkat sekali jawabannya, sekarang ia hanya bisa berdoa, orang – orang yang lain susah sekali untuk bertemu kakeknya, ia sangat beruntung, ibunya berperan dalam usaha ini. Beberapa hari kemudian kakeknya menghubunginya, waktu itu, ia ada di Singapura menghabiskan waktu libur semester dengan menemui kedua orang tuanya. Singkat cerita ia pun lansung bertemu dengan kakeknya dirumahnya di Kediri,
“kakek sudah mempelajari proposal kamu, bagus juga, sekarang tergantung kamu akan bagaimana, akan lebih baik lagi atau sebaliknya”, kakeknya sambil duduk melepas kacamatanya, kemudian bicara lagi,
“kamu yakin bisa?”
“Insya Allah, bisa kek”,
“untung juga kamu kuliah di jurusan komputer, ini akan bertumpu kepada sistem yang kamu bangun. kakek sudah bertanya kepada anak buah kakek, katanya bukan saja ini ide yang bagus menjual produk second di internet terutama yang lokal dulu, namun juga kamu harus punya sistem keamanan yang bagus terutama dari virus, kamu sudah memikirkan semua itu?”,
“iya kek, sesuai proposal yang saya berikan, kami sudah merencanakan membuat sistem keamanan dan design web yang kuat, saya juga sudah menghubungi perusahaan keamanan IT dari Singapura dan di Jakarta dan mereka siap membantu. Mungkin juga nanti saya bisa membuat portal tentang perusahaan – perusahaan kakek didalam portal berita ekonomi dan bisnis”,
“bagus itu”, terlihat kakeknya tersenyum lebar, dalam hatinya, “tidak percuma jadi keturunan konglomerat”, kemudian bertanya
“bagaimana dengan kuliah kamu?, kakek tidak mau diomelin sama ibu kamu, mengingat untuk usaha ini, pasti akan menyita waktu kamu”,
“saya sudah pikirkan kek, kemungkinan saya akan cuti kuliah”. Lalu ia menceritakan tentang pengusaha - pegusaha sukses IT di Amerika yang banyak tidak lulus untuk mencapai apa yang ia inginkan.
Kakeknya menganguk saja kemudian berkata,
“kita buat perjanjian saja, kalau kamu mau sukses di bisnis ini dengan bantuan kakek kamu harus lulus kuliah, titik, mau tidak?”
Tanpa pikir panjang Syam langsung menjawab,“pasti kek”,
Jelas kakeknya tidak mau disalahkan oleh ibunya Syam, anaknya sendiri, karena bisnis yang dimodalkan darinya menjadikan Syam terganggu kuliahnya.
Lama sudah bisnis Syam telah berjalan, bisnisnya pun berjalan dengan baik dengan bantuan kakeknya, ia sekarang menjadi CEO dari perusahannya sendiri. Sampai ia bertemu dengan papahnya Devy di tempat parkir, dan mendapat nasehat yang luar biasa. Setelah termenung ia berangkat langsung ke bagian akademik Fakultas Teknik Informatika tempat ia selama menuntut ilmu, ia akan menyelesaikan kuliahnya sesuai janjinya kepada kakeknya dan juga kepada orang tuannya Devy.
Beberapa lama kemudian Devy lulus kuliah, terlebih dahulu , sedangkan Syam masih ada di semester akhir, sedang menyusun skripsi. Sebenarnya secara teori, Syam seharusnya lulus terlebih dahulu karena untuk lulus di Fakultas Kedokteran lebih lama dan sulit dibandingkan tempat kuliah Syam, namun karena ia sibuk dengan bisnisnya hingga harus cuti berkali – kali makanya ia terlambat lulusnya.
Ditengah kegembiran keluarga Devy dan teman – temannya, mereka melihat di televisi Syam sedang diwawancarai oleh salah satu station televisi swasta tentang sukses bisnis IT Startup yang sudah dijalaninya selama ini. Dalam wawancara itu ia berkata,
“kami sudah membuat sistem IT marketing untuk mempermudah pemasaran produk suatu usaha dari dalam dan luar negeri”, ia menyebut nama perusahaan besar di Indonesia, milik kakeknya.
“apa hanya untuk perusahaan – perusahaan besar saja?”, wartawan bertanya
“bukan itu saja, untuk perusahaan kecil atau industri rumahan bahkan usaha pribadi – pribadi seperti anda, bisa, tidak ada masalah”,
“bagaimana usaha portal berita yang anda pimpin juga, apa juga bisa memasarkan produk – produk dari perusahaan – perusahaan”,
“portal berita kita sangat luas untuk memasarkan produk – produk suatu perusahaan walaupun segmennya bisnis, namun kita bisa lakukan di segmen produk bisnis, intinya kita bisa melakukannya di segmen forum jual beli yang ada di fasilitas web kami”,
“bagaimana dengan biayanya?”
“sangat normal”, sudah masuk pembicaraan politis, tidak mungkin bicara harga di depan televisi.
“Bagaimana sistem keamanannya dari portal – portal yang anda miliki?”
“kami sudah memiliki jaminan keamanan dari perusahaan keamanan IT dari Singapura dan Jakarta”, perusahaan yang sudah besar pasti akan memiliki pesaing – pesaing yang tidak terlalu senang akan kinerjanya.
“terima kasih”.
Terjawab sudah kemana Syam selama ini berada. Walau Devy kaget bukan main, namun dalam hatinya ia merasa plong, tidak tahu apa maksudnya. Sementara adik dan teman – temannya hanya ternganga – nganga tidak bisa berkata, lebih ternganga ketika mereka melihat di internet, Syam ternyata adalah cucu dari konglomerat besar di Indonesia dan dari keluarga ternama, sesuatu yang dulu mereka sangkal.
Sementara itu di sidang skripsi Syam terbilang cepat, para penguji kalah dengan penguasaan materi yang dibawakan Syam.
Setelah sidang skripsi, Syam me-WA Devy, ingin bertemu. Setelah menunggu lama dibalas dengan-ok. Di kantin kampus mereka bertemu, dengan agak canggung, karena agak lama mereka tidak bertemu, setelah memesan makanan, Syam memulai pembicaraan,
“saya memohon maaf atas kesibukan saya dengan banyaknya pekerjaan yang saya miliki”,
“tidak apa – apa, Syam”, setelah menarik nafas panjang,” saya, adik saya dan teman – teman ingin meminta maaf atas kekeliuran kami selama ini”,
“saya yang salah, saya seharusnya bercerita kepada semuanya, tapi mungkin, sudah terbentuk opini tentang saya yang selalu negatif”,
“bukan begitu maksudnya”,
Syam langsung memotong pembicaraan, dengan berkata,”saya ingin bertemu dengan orang tua kamu, mungkin sekarang waktunya saya akan berbicara jujur kepada kamu dan juga orang tua kamu”
“kamu mau bicara apa?”, sebenarnya Devy mungkin sudah tau akan kemana arah pembicaraan, ia hanya ingin yang pasti.
“saya akan melamar kamu Dev, kamu mau kan jadi istri saya?”,
Devy diam seribu bahasa, hingga akhirnya mengangguk.
Esoknya datanglah keluarga Syam ke rumah Devy dengan tujuan melamar Devy, di pihak Syam ada ibu ,bapaknya yang pensiunan Jendral polisi bintang tiga dan sekarang bertugas menjadi Duta Besar juga datang dan terutama kakeknya Syam, sang konglomarat. Sedang dari pihak tuan rumah ada orang tua, paman, bibi dan adiknya Devy, tampak sekali keakraban mereka, setelah mengucapkan salam dan mempersilahkan duduk, Papahnya Devy mengatakan,
“Syam memang sudah mengatakan bahwa bapaknya seorang polisi namun tidak tahu kalau bapak adalah pensiunan Jendral”, Papahnya Devy dengan agak gugup berusaha menjelaskan, “saya pernah menjadi anak buah bapak sewaktu di Pamenkasan,Madura, Jenderal”,
“iyah ya ya, saya mungkin agak lupa”,
Ibunya Syam berusaha mengingatkan,”yang di Pulau Madura itulah pak, disanakan sering ada lomba karapan sapi, banyak sekali warga yang menonton, dan di situ ada rumah sakit”,
“iya iya benar, karapan sapi itu untuk acara panen atau acara lainnya, ya yatapi saya sudah lupa”
“waktu itu, saya dan istri saya baru dipindahkan ke sana, Jenderal”, Papahnya Devy mencoba mengingatkan.
“reunian berhenti dulu, sekarang bagamana nasib anak – anak kita”,sekarang baru kakeknya yang berbicara yang langsung disambut senyum hadirin yang hadir.
“kami sudah mendengar apa yang dikatakan anak saya Devy dan Syam, pada akhirnya kami sebagai orang tua dan keluarga besar kami hanya berharap yang terbaik anak – anak kami”, terlihat Mamahnya Devy mengangguk saja sambil meneteskan air mata dan memeluk Devy yang ada di sampingnya.
Akhirnya terjadi pesta perkawinan yang cukup megah yang terjadi di Surabayadan Jakarta, waktu pesta di Jakarta banyak orang – orang penting yang datang, pejabat sampai pengusaha, teman – temannya kakek dan orang tua Syam. Beberapa hari kemudian datang surat perintah dari markas besar kepolisian kepada Kombes Pol. dr. Ahmad Hari, M.Kes papahnya Devy untuk mengisi pos sebagai Kepala Rumah Sakit Pusat Polri di Jakata, dengan Surat Keputusan pengangkatan dengan pangkat Brigadir Jenderal Polisi.
”.