Try new experience
with our app

INSTALL

Teman Pakai Rasa 

Kenyataan

Ega mengajak Riri untuk dinner dengan maksud memberikan surprise party yang telah ia siapkan di sebuah resto mewah dengan view city light nan indah. 

“Gimana, mau kan dinner sama aku?”. Ega tersenyum menatap Riri penuh harap. Sebelum Riri menjawab, Kriiiingg!!! Handphone Riri berdering. 

“Fey calling...”

“Ri!!! Help!! Help.. Gue kecelakaan!!!”

“Lo dimana sekarang???” 

Riri yang seketika shock berat langsung berlari hendak menyetop taksi dari depan kantor, Ega mengejar.

“Ri, kenapa. Ada apa? Kenapa panik banget? Aku anter ya”

“Sorry Ga, nggak perlu. Aku sendiri aja ya. Fey kecelakaan! Besok aja ya kita dinner”. 

Buum!!! Taksi Riri melesat. Tinggalah Ega dengan keadaan kesal.

  “Selalu aja gitu Ri! Setiap urusan sahabat-sahabat kamu itu. Kamu selalu lupain aku! Argghttt!!”. Ega kesal, menendang angin. Ega telpon asistennya dan minta batalin semua reservasinya. 

 

***

 

Riri telah sampai di jalanan yang disebutkan Fey saat ditelpon. 

Deg! 

  “Surprise!!!! Happy birthday Riri! Happy Birthday Riri”. Fey, Jojo dan Vano ada disana setelah menghias jalanan tersebut dengan lampu-lampu dan ada meja dan kursi untuk mereka dinner. 

Riri yang sebelumnya panik, mendadak jadi kesel.

“Ga lucu Fey!!!! Lo bikin alesan kecelakaan buat bawa gue kesini!!! Ihhhhhh…”

  “Kalau nggak gitu, pasti lo sekarang rayain birthday party sama calon suami lo kan!”. Celetuk Fey, namun hal itu malah membuat Riri jadi menatap Vano, Vano pun menatap Riri. Fey melihat itu, Jojo juga menatapi ketiganya sampai akhirnya Riri dan Vano saling membuang pandangan. Jojo beraksi. 

“Udah sssttt!!! Ga usah ngomongin orang lain, hari ini pokoknya gue mau Riri happy sama kita-kita! Outsider biarin aja. Tiup dong lilinnya!”. 

  Riri langsung tiup lilin dari choco cake yang dibawa oleh Fey. Riri peluk Fey, Jojo dan saat menuju Vano tampak langkah Riri mulai meragu. Riri khawatir hatinya kian goyah. Tapi, seett!! Vano dengan cepat menarik tubuh Riri kedalam dekapannya dan berbisik.

“Happy birthday Ri. Aku harap kamu selalu bahagia karena aku akan sedih kalau kamu nggak bahagia”. Vano eratkan pelukannya pada Riri. 

  Deg! Riri tampak agak canggung, matanya mulai berkaca-kaca menahan air mata yang beberapa detik lagi akan menetes. Riri tak sanggup membalas pelukan erat dari Vano. Jojo menatap Fey yang mendadak terdiam menyaksikan hal itu. Beberapa saat Vano dan Riri larut dalam kehangatan dalam sunyi. Sampai akhirya, Sraat!! Fey menarik Vano dari Riri untuk memecah kecanggungan diantara mereka semua.

  “Ayo idupin dulu kembang apinya Van”. Seraya menarik Vano menuju kursi dengn tumpukan kembang api. Riri menarik nafas dan menengadahkan kepalanya menahan air mata. Jojo melihat itu, ia merangkul Riri. 

“Lo sampe terharu gitu. Ah, jadi seneng deh”. Jojo mencoba membuat suasana hati Riri jadi lebih baik dengan pura-pura tidak tahu. Riri jadi tersenyum. 

“Ini emang gapapa bikin acara kaya gini disini? Kalian udah izin?”. Baru saja Jojo mau menjawab pertanyaan itu.

  Dhuaaarr!! Dhuaaar!! Terdengar suara kembang api yang di hidupkan Vano dan Fey melonjak keatas langit. Suasana heboh, seru. Vano sambil teriak jawab pertanyaan Riri ke Jojo sebelumnya.

“Tenang aja, jalan bagian sini aman. Jarang ada yang patroli. Kita bisa party sampe tengah malem dan ini akan jadi pesta ulang tahun nggak terlupakan buat kamu!” 

  Sejenak mereka hanyut dalam kebahagiaan bermain kembang api bersama sampai tak berapa lama, saking happynya Vano malah keserimpet dan syuuutt!! Kembang api kena meja yang beralas kain kemudian Dhuaaarr!! Cola yang ada di meja ikut terbakar dan meledak dan mengenai pohon. 

Jeng!! Api membesar. 

“Aaaaa!!!”. Suasana happy mendadak jadi tegang. Vano dan Jojo terus berusaha memadamkan api. Tas milik Riri sampai terbakar. Riri mencoba mengeluarkan hapenya dari situ. 

“Kebakaraaann!!!”. Dari kejauahan tampak 2 orang satpam komplek datang karena melihat kepulan asap dan jadilah mereka semua di amankan. 

 

***

 

  Dhuaaakk!!! Ega meninju Vano di depan kantor polisi. Fey dan Jojo kaget dan langsung menahan tubuh Vano, takut keduanya ribut heboh padahal baru saja selesai kasus kebakaran dan dibebaskan Ega. 

  “Kalau bukan karena Riri, gue akan biarin lo di sel sana!”. Ega dengan nafas tersengal penuh emosi menatap Vano dihadapannya, wajah Vano tampak sedikit berdarah di bagian bibirnya karena pukulan Ega. Anehnya, saat itu Vano diam saja. Vano menatap Riri yang cemas. 

“Ga, udah cukup. Kaisan Vano!”

  “Kamu nggak perlu kasihani dia! Kamu liat dong kondisi kamu sampe berantakan gini, tas, hp kamu kebakar! Coba kalau sampe kamu tadi kenapa-napa? Dia mau tanggung jawab?”. Ega terus terbakar emosi. Fey yang kian kesa mau maju tapi Seet! Vano tahan, Fey tatap Vano. Vano menggeleng, ia lepaskan pegangan tangan Fey dan juga Jojo. 

Vano mendekat ke Ega dan Riri. Vano menatap tangan Riri yang pegangi Ega. Riri sadar itu dan segera melepas tangannya dari Ega. Vano beralih tatap Ega. 

“Sorry, gue nggak sengaja. Gue nggak ada maksud buat celakain Riri dan nggak akan pernah mau melakukan itu”. 

  Tanpa menunggu respon Ega, Vano langsung pergi. Kali ini ekspresi Vano sangat serius, sama sekali ia tak cari ribut dengan childish ke Ega seperti biasa. Fey dan Jojo saling tatap lalu saling geleng, keheranan. Begitu juga Riri. 

Vano terus berjalan dengan wajah lesu, penuh sesal. Ia sama sekali tak menatap lagi ke belakang. Riri jadi gusar, ia hendak susul Vano. Tapi set! Tangannya ditahan Ega. 

  “Ayo, kamu aku anter pulang!”. Ega menarik Riri yang matanya masih menatap punggung Vano yang menjauh. Ega dengan sengaja senggol Fey dan Jojo. Jojo dengan cepat tarik Fey.

“Lepas Jo, gue mau susul Vano!”. Fey mencoba melepaskan diri tapi Jojo makin kencang pegang tangan Fey. 

“Udah, lo balik bareng gue! Biarin Vano nenangin diri dulu, dia pasti masih shock”

 

***

Mobil Ega sampai di halaman rumah Riri, tapi Riri seperti nggak fokus, ia terus kepikiran Vano sampai nggak denger Ega yang bicara padanya. 

  “Kamu nggak dengerin aku ngomong dari tadi?”. Ega menatap serius. Riri terkejut. “Sorry, kenapa? Kamu bilang apa?”. Seru Riri dengan memasang senyum dipaksakan. 

  “Ri, pernikahan kita tinggal 3 minggu lagi. Please ya, kamu dengerin aku. Aku nggak suka kamu terus deket sama sahabat-sahabat kamu yang nggak jelas itu”. Ega memegang wajah Riri yang masih ada sisa-sia cemong bekas kebakaran. Tapi Riri malah memasang wajah serius dan lepasin tangan Ega dari wajahnya. Ega kaget. 

  “Ga, please. Aku udah sering bilang ya setiap kamu bahas masalah ini, kamu nggak akan pernah bisa minta aku untuk jauh-jauh dari sahabat aku. Mereka itu bagian hidup aku dan aku mau kamu nerima mereka kalau kamu mau jalanin hidup sama aku!”

  Riri langsung keluar dari mobil, sebelum sempat Ega buka pintu. Riri sebelum menutup pintu moil langsung berseru.  “Aku mau kamu pulang. Aku mau istirahat!”. Blam! Pintu mobil dibanting Riri. 

  Ega didalam mobil hanya menghela nafas panjang dan melajukan mobilnya. Riri ternyata bukannya masuk ke rumah malah beranjak ke rumah Vano. Ternyata malah bertemu Risa dan Risa beritahu kalau Vano belum kembali, Vano hanya pamit hendak ke pesta ulang tahun Riri.  Riri pamit pulang.

  Didepan pagar akhirnya Riri bertemu dengan Vano yang baru saja pulang dengan wajah lesu dan masih berantakan. Vano berlalu gitu aja meski ia lihat ada Riri disana. Riri tarik tangan Vano. 

“Kamu gapapa?”. Riri berusaha menatap Vano yang pandangannya tampak kosong. Tanpa diduga, Vano melepaskan tangan Riri. 

  “Kamu pulang aja, kamu pasti shock. Sekali lagi maaf ya. Aku masuk duluan”. Vano bicara tanpa menatap Riri dan meninggalkan Riri sendiri di depan pagar. Riri termangu. Riri memandangi punggung Vano yang menjauh hingga masuk ke dalam rumahnya, tanpa sama sekali berbalik melihatnya.