Contents
Protes Tokek kepada Pohon Pisang
Part 3
“Saya juga hanya Tokek dan yang saya tempati ini hanya pohon raksasa” “Kenapa Tuhan juga membiarkan kalian tetap seperti itu?” “Tuhan tidak mengijinkan” “Kalau memang belum ada ijin Tuhan apalagi yang harus dilakukan manusia” “Kalian harus terus berbuat sesuatu! Tegakkan kebenaran jangan ragu dan jangan malu” “Isi kepala manusia berbeda-beda. Tidak bisa dipaksakan. Dan kita tidak boleh merasa benar sendiri” “Tapi membela kebenaran itu perintah Tuhan. Semua yang telah terjadi hanya karena ujian dan cobaan, bahwa seberapa tangguh kamu membela kebenaran” “Dia mati dibunuh waktu gagal membunuh koruptor itu! Kamu jangan hanya bisa bicara” Mbah Wo menghampiri Totok yang mulai kesal. Mbah Wo mengelus punggung Totok. “Sabar. Dengarkan Tokek itu baik-baik” “Kekasihmu sudah berkorban. Dia jadi pembantu pejabat-pejabat daftar hitam itu. Dia mau meracun koruptor-koruptor negeri ini supaya negeri ini sejahtera. Dan bahkan sudah mengkordinasi teman-temannya untuk meracun koruptor-koruptor lain di negeri ini. Begitu ketahuan mereka dihilangkan. Dipendam. Dibawah sini. Kamu tahu mereka ada dipendam dibawah pohon pisang ini. Seharusnya tinggal membongkar keteledoran mereka. Dengan begitu koruptor di negeri ini bisa dihentikan. Tapi apa yang kamu lakukan.
Kamu gegabah menghimpun para pemburu jitu untuk menjadi sniper. Kamu kordinasi untuk menembak para koruptor itu. Dan gagal. Dan jari-jari kamu juga temen-temen pemburumu itu dipotong setelah berhasil dibongkar mereka. Itu namanya kamu tidak hati-hati.” “Apa yang kamu mau dari aku?” “Jangan pernah menghentikan semangat membela kebenaran. Lakukan dengan cermat dan teliti” “Apa yang harus saya lakukan?” “Kamu akan tahu” Tokek besar itu lari keatas pohon pisang raksasa. Menghilang tidak kelihatan lagi. Mbak Wo menepuk punggung Totok sekali lagi. Secara mengejutkan, tiga orang dari proyek langsung membawa Totok ke arah bedeng proyek. Semua pandangan orang disitu mengiringi Totok dibawa masuk kedalam bedeng. Di dalam bedeng. Totok didudukkan. Salah satu orang proyek langsung bertanya “Apa yang Tokek itu katakan?” Totok gamang. Memberitahu semua, ia juga akan diketawain. Dikira mengada-ada. Bahkan akan dianggap gila. “Pohon pisang itu sudah boleh ditebang” “Apa kaitannya dengan membunuh koruptor” “Tokek itu cuma cerita kejadian Gekko waktu itu” “Masa Tokek tahu Gerakan Eksekusi Koruptor waktu itu” “Kalau dibawah pohon pisang itu ditemukan beberapa mayat wanita berarti Tokek itu benar”
“Kalau tidak kamu yang gila” “Ya.. mungkin begitu” Ketiga orang proyek itu mengajak menjauh dari Totok. Mereka berembug. Totok masih duduk terpaku di kursinya. Setelah kelihatan mereka sepakat. Kemudian balik lagi kearah Totok. “Gini aja. Kamu bikin pernyataan setelah keluar dari tempat ini. Jangan ngomong apa-apa. Bilang aja intinya Tokek itu sudah mengijinkan pohon pisang itu boleh ditebang. Alasannya supaya kita lebih peduli lingkungan hidup gitu aja.” “Dan kami akan memberi kamu beberapa uang untuk pergi dari negeri ini” “Saudara mengerti?” “Jangan paksa saya melakukan apapun yang kalian mau. Saya mengerti untuk tutup mulut tapi demi kebaikan semua. Kejadian ini hanya mengingatkan kecerobohan saya tidak membiarkan bukti itu terbongkar. Karena saya gegabah. Dan saya tidak mau melakukan itu lagi.
Saya akan tutup mulut tanpa paksaan apapun. Saya akan tutup mulut karena euphimisme yang dibutuhkan untuk kebaikan bersama. Bagaimana?” Ketiga orang proyek itu berembug lagi. Salah satu selalu sibuk chatingan dari handphonenya. Yang dua saling debat. Tidak lama kemudian masuk dari pintu bedeng, dua orang. “Ah untung kalian cepat datang” ujar orang proyek yang sedari tadi chatingan “Tolong antarkan Mas ini pulang segera” “Siap Pak” “Jadi kita sepakat” tandas Totok Pria chatingan itu menyalami tangan Totok “Sepakat” Totok berdiri diiringi dua orang suruhan itu keluar bedeng. Diluar warga yang berkerumun di depan bedeng itu riuh rendah minta penjelasan “Apa yang dikatakan Tokek?” “Ngomong dong, jangan pergi dulu” “Kami semua berhak tahu” Totok berhenti. Memandang sekian banyak manusia menunggu kebenaran yang harus disampaikan. Begitu riuh rendah itu berhenti.
“Tokek itu hanya mengingatkan kita harus peduli lingkungan hidup. Tumbuhan dan binatang yang harus tetap dijaga keseimbangannya. Jangan sampai hidup untuk pembangunan ini jadi korup terhadap lingkungan. Besok pohon pisang raksasa itu sudah diijinkan ditebang kata Tokek itu.” “Ah bohong, tadi ada omongan kamu membunuh koruptor itu apa kaitannya.” Tiba-tiba terdengar retasan pohon pisang raksasa itu keras sekali. Krakkkkk. Semua menoleh kearah pohon pisang raksasa yang perlahan rubuh kearah bedeng itu. Dua orang suruhan mengambil kesempatan untuk membawa Totok pergi dari tempat itu selekasnya. Semua orang berbondong-bondong menyingkir. Pohon pisang raksasa itu roboh mengenai bedeng proyek. Totok sudah tidak kelihatan lagi ditempat itu. Apartemen Kalibata City, Juli 2019