Try new experience
with our app

INSTALL

Air Mata Mualaf 

Chapter 2

  Rumah Pak Ustadz tidak jauh dari mushola itu. Kami hanya berjalan sekitar 2 menit. Pak Ustadz mengucapkan Assalamu’alaikum saat memasuki rumahnya yang dijawab suara istri dan anak-anaknya yang sedang pada mengaji Al Qur an. Pak Ustadz mempersilahkan aku duduk di kursi rotannya yang tampak baru di pernis mengkilap serta bau aroma pernis. Tak lama Pak Ustadz kembali ke ruang tamu itu dan menyodorkan Buku Riwayat Nabi Muhammad SAW. Aku menerimanya dan dengan penuh gairah membuka-buka isinya, terutama daftar isi buku itu. “Segala sesuatu yang ingin kamu ketahui bacalah asal usulnya pasti kamu akan pandai menerapkannya didalam lingkungan kamu” “Iya Pak Ustadz” “Ngomong-ngomong kamu tinggal dimana?” “Nefaro Estate Pak Ustadz, dibalik kampung ini” “Oh pojokan itu, perumahan elit terbatas?” “Iya Pak Ustadz” “Bawa pulang buku itu, baca sampai selesai, maaf sebentar lagi saya mesti menyiapkan pengajian dengan warga kampung sini, barangkali kamu mau ikutan?” “Jujur saya sedang penasaran dengan kalimat isnyaallah Pak Ustadz, saya kepingin segera membaca habis buku ini supaya bisa segera saya kembalikan” “Insyaallah” “Iya Insyaallah... Saya permisi Pak Ustadz, Assalamu’alaikum” “Wa alaikum salam”

  Rasanya langkahku seperti diterbangkan burog dalam sekejap telah kumasuki kamarku yang dingin oleh AC. Warna tembok yang beraneka corak dengan dihiasi poster-poster Jim Morrison, The Doors, Rolling Stones, Slank, Michael Jackson, Mike Jagger serta Quentin Tarantino komplit dengan lampu yang temaram. Ku nyalakan lampu baca didekat meja editing Apple ku. Ku letakan buku itu. Ku ambil 3 kaleng root beer untuk persiapan membaca yang kuletakkan di dekat buku. Juga beberapa roti breadtalk yang masih tersisa. Seperti persiapan tempur membaca buku itu harus habis malam ini juga. Aku duduk dan langsung kubaca buku itu lembar demi lembar, bab demi bab hingga kisah riwayat Rasulku ku ketahui dalam semalam suntuk. Kemudian aku ulang sekali lagi bab yang mengisahkan asal usul insyaallah yang ingin aku pahami betul. Seusai membaca aku tutup buku itu dan termenung sejenak. Begitu panjang Rasulullah SAW mendapat pelajaran untuk ummatnya tentang insyaallah. Itu baru insyaallah. Belum pelajaran-pelajaran hidup yang lain yang mesti disampaikan kepada umatnya.

  Ternyata insyaallah suatu kisah panjang. Ketika beberapa kaum Quraish ingin membuktikan kenabian Rasulullah SAW dengan menanyakan kejadian-kejadian yang kalau Nabi Muhammad bisa menjawab maka benarlah Beliau memang utusan Allah. Minggu demi minggu kaum Quraish itu menanyakan dan selalu dijawab Rasulullah besok akan diberikan jawabnya. Tapi sampai fajar hari Rasulullah tidak pernah ditemui Malaikat Jibril seperti biasanya yang selalu diutus Allah menyampaikan jawaban untuk menolong dari kesulitan yang dihadapinya. Dan hingga sebulan lebih tidak bisa menjawab pertanyaan dari kelompok agama kaum Quraish itu. Para pengikutnya juga bisa terbayangkan akan keragu-raguan yang terbesit. Hingga akhirnya setelah sebulan lebih itu turunlah Malaikat Jibril memberitahukan bahwa Allah meminta Rasulullah untuk mengucapkan insyaallah setiap ucapan maupun rencana yang akan dijanjikannya. Maka ketika para kaum Quraish datang untuk kesekian kalinya menanyakan kejadian-kejadian yang diharapkan Rasulullah pasti akan mengetahuinya, Nabi Muhammad menjawab insyaallah besok akan diberitahukan.

  Setelah Rasulullah mengucapkan itu tidak lama kemudian Malaikat Jibril pun menemui Rasulullah dengan memberikan 3 jawaban tentang kejadian-kejadian yang dimaksud diantaranya tentang Ashabul Kafi dan kisah Zulkarnaen. Keesokan harinya Rasulullah dapat menjawab kejadian-kejadian itu dengan rinci dan para kaum Quraish itu pun membenarkannya. Dari peristiwa asal usul itu aku merenunginya. Betapa pentingnya mengucapkan insyaallah terhadap apapun yang kita janjikan maupun yang kita rencanakan. Astaga, aku sampai belum sholat isya ini sudah hampir jam 4 pagi. Aku segera mengambil air wudhu dan menunaikan sholat isya. Seusai sholat isya saya langsung membawa sajadah dan berniat sholat subuh jama’ah di mushola dimana Pak Ustadz itu pasti mengimaminya disana. Tidak lupa kubawa buku riwayat Nabi Muhammad itu untuk ku kembalikan segera. Ini pertama kalinya aku datang ke mushola paling awal diantara yang lain. Dan ini pertama kali aku mau berjama’ah sholat subuh di mushola selama setahun ini saya jadi muslim.