Contents
Ding..! Hai!
Semerbak Aroma Parfum
Ding! Pintu lift terbuka, Delvin masuk ke dalam lift kantor. Dia memencet lantai 18, ketika pintu lift mulai tertutup, Freya berlari dengan tergesa-gesa menahan pintu lift. Delvin membantunya dengan memencet tombol hold. Freya mengangguk sebagai tanda terima kasih, Freya pun memencet lantai 20. Lalu mereka berdiri berdampingan di dalam lift dalam suasana hening karena tidak ada orang lagi selain mereka.
Saat itu rasanya lift naik dengan sangat lamban, atau mungkin hanya perasaan Delvin saja. Karena Delvin saat itu merasa salah tingkah dan sedikit gugup ketika berdekatan dengan Freya.
“Dia anak baru? Kok aku baru lihat ya?” gumam Delvin dalam hati sambil sedikit curi pandang ke arah Freya dengan ekor matanya.
“Mengingatkanku dengan Ibu ku di kala beliau masih muda, sama cantiknya seperti dia” gumam Delvin dalam hati, lalu buang pandangan. Freya coba curi pandang dengan melihat Delvin saat Delvin sedang tidak memperhatikan Freya.
“Gagah banget ya cowok ini, aroma parfumnya yang wangi, terasa begitu pas dengan penampilannya” gumam Freya dalam hatinya dengan sedikit senyum yang terlihat di bibir manisnya.
Lift terus naik ke lantai yang mereka tuju. Saat itu dari Delvin maupun Freya tidak ada pergerakan sama sekali, mereka hanya suka curi-curi pandang.
“lantai 18? Itu kan ruang design. Pasti dia cowok yang kreatif” puji Freya dalam hatinya sambil melihat angka lantai 18 yang menyala di panel lift.
“Kenapa nggak aku ajak ngobrol aja dia? Tapi ngomongin apa.. lagipula aku takut nanti suasana makin canggung… Mungkin lain kali aja” Gumam Delvin.
“Dia cowok yang kreatif secara dia anak design, dan pastinya talk active, tapi kenapa dia gak mau ngajak aku ngobrol ya? Sekedar basa-basi gitu..?” gumam Freya dalam hatinya.
“Pasti Ibu ku akan senang kalau melihat dia.. Sepertinya aku harus membuka obrolan” gumam Delvin.
Delvin mulai menoleh dan melihat Freya, saat itu Freya menyadarinya tapi ia merasa malu untuk menoleh dan menatap Delvin. Delvin coba merangkai kata dalam hatinya sebelum akhirnya ia benar-benar membuka obrolan.
“Hai.. anak baru ya?.. hmm, enggak banget.. Hai, gue Delvin.. Aduhh apaan sih, emang dia peduli apa kalo dia itu tau namaku?” gumam Delvin yang ingin membuka obrolan, ia melihat id card Freya. “Freya.. nama yang cantik” gumamnya.
Mulut Delvin mulai terbuka hendak ingin mengucapkan sesuatu, tapi tiba-tiba.. Ding!, pintu lift terbuka di lantai 17, seorang pria paruhbaya memasuk lift dan berdiri tepat di antara mereka. Mereka terpisahkan dengan jarak. Delvin menatap dengan sedikit sinis ke arah pria itu, pria itu menoleh dan malah menyapanya dengan senyuman.
“Lupakanlah, mungkin sekarang bukan saat yang tepat. Tapi jika nanti aku bertemu lagi dengannya, aku akan membuat pergerakan!” gumam Delvin dengan tekad yang sangat kuat.
Ding! Lift tiba di lantai 18, Delvin segera keluar dari lift meninggalkan Freya.
“Bagus, Bagus banget Freya.. Gara-gara kamu nggak mau buka obrolan, akhirnya dia keburu keluar, bahkan sepertinya dia juga tidak menyadari keberadaan mu” gumam Freya yang menyesali perbuatannya. Freya hanya bisa melihat Delvin yang semakin jauh, dan tiba-tiba Delvin berhenti lalu menoleh ke arah pintu lift, saat itu adalah momen pertama mereka saling bertatapan walaupun dari kejauhan, Freya terkejut, lalu pintu lift pun perlahan tertutup.