Contents
Ding..! Hai!
Ding..! Hai!
Delvin terlihat diam melamun di dalam lift kantor barunya. Ding..! Pintu lift terbuka, satu persatu orang memasuki lift dan lift mulai terlihat penuh. Beberapa orang di sana terlihat asik berbicara satu sama lain.
“Kantor baru, lingkungan baru, tapi aku tetap gini-gini aja” gumam Delvin dalam hatinya.
Delvin mulai memperhatikan beberapa orang yang ada di dekatnya, Orang itu sepertinya seorang karyawan yang sedang berbicara dengan Bossnya, Karyawan itu terlihat seperti sedang menjilat Bosnya, dengan berbagai kata-katanya yang palsu, dan juga senyumannya yang palsu.
“Penjilat dengan senyuman palsu, aku berharap tidak akan satu project dengan orang seperti ini” cibir Delvin dalam hatinya sambil memperhatikan si karyawan itu.
Tiba-tiba Karyawan itu menoleh karena merasa diperhatikan oleh Delvin, Karyawan itu melemparkan senyumannya ke arah Delvin. Delvin balas dengan menganggukan kepala.
“Orang baru ya? Gayanya udah kayak paling senior di sini” gumam si Karyawan dalam hatinya sambil berpaling dari Delvin.
Lalu Delvin melihat ke arah lain, ia mendapati dua orang perempuan yang paling cerewet, ngomong tiada henti dengan suara cemprengnya.
“Ayolah, lift ini isinya bukan kalian berdua saja. Mungkin bisa kalian pelankan sedikit volume bicara kalian” gumam Delvin dalam hatinya.
“Di saat seperti ini justru aku merindukan lift kantorku yang lama.. tapi sepertinya aku bukan merindukan liftnya, aku merindukan sosok perempuan yang sering aku temui di lift itu.. Freya..” gumam Delvin yang begitu berharap pada Freya.
Satu persatu orang-orang di dalam lift mulai keluar meninggalkan Delvin sendirian. Pintu mulai tertutup, tapi tiba-tiba pintu itu terbuka lagi Karena ada seseorang yang menahan tombol hold dari luar. Dan saat itu juga seorang perempuan masuk ke dalam lift, ia hendak memencet tombol lantai 25, tapi lantai 25 sudah menyala. Ketika perempuan itu menoleh ke arah Delvin, ternyata sosok perempuan itu adalah Freya!
Ding..!! pintu lift tertutup.
Delvin dan Freya saling bertatapan, mereka terkejut dan tidak menyangka akan bertemu lagi.
“Apa ini nyata?” gumam Delvin yang tidak percaya.
“Dia? Dia pindah di kantor ini?” Freya bertanya-tanya dalam pikirannya.
“Ini adalah kesempatan kedua yang harus aku gunakan dengan baik” gumam Delvin.
“Aku nggak akan mengulangi kebodohanku di hari kemarin” gumam Freya.
Dalam keadaan masih saling bertatapan, mereka berdua pun akhirnya saling menyapa.
“Hai..!” Sapa Delvin dengan hangat.
“Haii juga..!” Jawab Freya dengan semangat.
Setelah itu terjadilah awkward silence, di antara mereka tidak ada lagi yang berani membuka obrolan setelah saling menyapa.
“Apa lagi yang harus aku katakan, rasanya begitu berat hanya untuk mengucapkan Hai kepada Freya” Ucap Delvin dalam hatinya.
“Akhirnya! Satu langkah telah berhasil terlewati!” gumam Freya dalam hatinya.
Mereka berdua kembali diam-diaman cukup lama, beberapa lantai dilewati, Delvin melihat panel lift yang menunjukan nomor lantai. Saat itu waktu terasa seperti berhenti berputar, Delvin mulai gugup, begitupun Freya. Mereka pun memberanikan diri untuk saling menoleh, untuk melempar sebuah topik obrolan.
Delvin menoleh, Freya menoleh. Mereka pun saling melontarkan pertanyaan.
“Kamu ngapain di kantor ini?” Tanya Delvin
“Kamu sekarang kerja di kantor ini?” Tanya Freya
Terjadi lagi lah awkward silence. Mereka berdua terlihat malu.
“Hmm kamu dulu deh..” ucap Freya.
“hahaha, aku dipindahin di kantor ini. Karena cabang ini lagi butuh orang untuk projek design interior. Kalo kamu?” Jawab Delvin
“Design interior di lantai 25? Presentasi sama Pak Joko?” Tanya Freya.
“Iya.. Kok.. Kamu tau?” Jawab Delvin dengan rasa penasarannya.
“Berarti kita meeting di satu ruangan yang sama dong?! Soalnya aku memang lagi ada project dengan Pak Joko di kantor cabang ini.” Ucap Freya dengan semangat.
“Wahh, bagus dong.. Oh ya aku Delvin” Ucap Delvin sambil memperkenalkan namanya.
“Aku Freya..”
Delvin dan Freya pun berjabat tangan.
“Tangannya begitu lembut dan halus” gumam Delvin dalam hatinya.
“Tangannya dingin banget, apa jangan-jangan dia gugup deket aku? Hihihi” gumam Freya dalam hatinya.
Saat itu mereka berjabat tangan cukup lama, sampai akhirnya disadarkan oleh pintu lift yang terbuka. Ding..!! Pintu lift terbuka.
Dengan penuh percaya diri, Delvin melepas tangan kanannya Freya, lalu mulai menggandeng tangan kirinya. Freya terkejut, tapi tidak menolak, malah Freya memberikan senyuman manis yang sangat Delvin rindukan, senyuman di saat mereka pertama kali bertemu.
Saat itu juga Delvin dan Freya keluar dari lift sambil berpegangan tangan.
…End…