Try new experience
with our app

INSTALL

Contents

Ayam Jantan Berkokok Cinta 

2. Werkudara Bumi Legawa

"Abdi beli ayam itu!" ujarnya sambil menunjuk ke seekor ayam jantan.


 

Iip Setiawan berniat membeli seekor ayam jantan yang membuatnya jatuh cinta kepada ayam itu. Warga jadi tidak jadi memukuli Iip Setiawan.


 

"Itu ayam jantan terbaik milikku! Mangga kalau berani satu juta, aku jual!" kata warga desa 1.


 

"Mu..........ahal pisan, murahin dikitlah!" kata Iip Setiawan.


 

"Kalau tidak sanggup ya sudah jangan beli!" kata warga desa 1.


 

"Sanggup saya!" ujar Iip Setiawan. Iip mengambil uang satu juta dari dompetnya dan memberikan kepada pemilik ayam jantan itu. "Sekarang ayam jantan itu milikku!" kata Iip Setiawan kemudian.


 

"Sok ambil!" kata warga desa 1.


 

Iip Setiawan mengambil ayam jantan itu, menggendongnya, membelai kepalanya, dan menciuminya.


 

"Alhamdulillah kamu selamet, Tik Pitik!" kata Iip Setiawan dengan lega.


 

Sofi Margareta melintas. Ayam jantan itu melihat Sofi Margareta melintas. Ayam jantan itu memandang Iip Setiawan lalu berkokok.


 

"Kukurikuuuuuukk................! Kukukurikuuuuuuuuuk.........!" Ayam.


 

"Abdi beri kamu nama Jawa saja seperti nama tokoh pewayangan. Abdi memberimu jeneng Werkudara Bumi Legawa. Ayam jantan itu kembali berkokok.


 

"Kukukurikuuuuuuuuuk...........!" Werkudara Bumi Legawa.


 

Sofi Margareta berjalan dengan kedua kakinya menuju ke rumah neneknya. Di belakang Sofi Margareta, agak jauh, ada Iip Setiawan yang juga berjalan kaki pulang sambil menggendong Werkudara Bumi Legawa. Werkudara Bumi Legawa tiba - tiba melepaskan diri dari pelukan Iip Setiawan, terbang berlari mengejar Sofi Margareta.


 

"Werkudara! Werkudara!" teriak Iip Setiawan memanggil ayam jantannya.


 

Sofi Margareta melihat ke belakangnya. Ia melihat ada ayam jantan mengejarnya. Ia merasa takut dan segera berlari.


 

"A................................BCD!" teriak ketakutan Sofi Margareta sambil berlari sekencang mungkin dari ayam jantan yang juga berlari kencang dengan sedikit - sedikit melompat terbang mengejarnya.


 

Iip Setiawan berlari kencang mengejar ayam jantannya.


 

Sofi Margareta berlari ketakutan hingga sampai di depan rumah neneknya. Ia segera berlari menghapiri pintu rumah neneknya. Cepat - cepat mengetuk sekencang mungkin.


 

"Assalamualaikum! Assalamualaikum!" teriak Sofi Margareta sambil mengetuk seperti orang mau melabrak.


 

Bibi Dinda membukakan pintunya.


 

"Waalaikumsalam!" jawab Bibi Dinda. "Sofi apa kabar kamu, Sayang? Kunaon kamu, Sofi?" tanya Bibi Dinda.


 

"Dikejar ayam jantan, Bi!" terang Sofi sambil menunjuk ke belakangnya. Tampaklah ayam jantan itu sampai di depan rumah nenek Sofi. "A................BCD! Itu ayamnya, Bi!" pekik Sofi Margareta ketakutan. Sofi cepat - cepat berlindung di belakang punggung Bibi Dinda.


 

"Hush hush! Hush hush! Hush hush!" seru Bibi Dinda mencoba mengusir ayam jantan itu, tetapi ayam jantan tidak mau pergi.


 

Saat itu dari dalam rumah, keluarlah neneknya Sofi.


 

"Siapa yang datang?" tanya Nenek Tari. Saat melihat Sofi, wajah Nenek Tari langsung sumringah. "E....Cucuku yang geulis dari kota!" serunya senang. "Kunaon, Sayang?" tanya Nenek Tari, saat melihat cucunya ketakutan.


 

"Itu Nek, ayam jantan mengejar Sofi!" terang Sofi Margareta sambil menunjuk dengan telunjuknya ke arah ayam jantan yang mengejarnya.


 

"Sudah diusir - usir tidak pergi juga, Nek!" keluh Dinda, Bibinya Sofi Margareta.


 

"Mungkin lapar! Sebentar, Nenek akan ambilkan makanan!" kata Nenek Tari. Ia segera masuk sebentar lalu ke luar membawa makanan. Ia memberikannya pada ayam jantan itu. Ayam jantan itu memakannya.


 

Sofi merasa lega. Bibi Dinda juga lega.


 

"Nenek, apa kabar Nek?" tanya Sofi Margareta menghambur memeluk neneknya.


 

"Alhamdulillah sehat," jawab Nenek Tari.


 

Sofi melepaskan pelukannya. Ia mencium punggung tangan kanan neneknya lalu bibinya.


 

"Sofi besok libur sekolah Nek tapi Mama Papa masih sibuk. Sofi rindu sama Nenek dan Bibi jadi Sofi putuskan untuk pergi sendiri ke sini, naik angkutan umum!" terang Sofi penuh semangat.


 

"Nenek dan Bibi mu juga rindu sama Sofi!" kata Nenek Tari. "Ayo sekarang kita masuk!" ajak Nenek Tari. Sofi Margareta, Nenek Tari, dan Bibi Dinda masuk ke dalam rumah. Ayam jantan itu masih makan makanan pemberian neneknya Sofi.


 

Iip Setiawan menemukan ayam jantannya. Ia melihat ayamnya sedang makan di depan rumah orang. Rumah tetangganya yang ia kenal dengan panggilan Nenek Tari.


 

"Alhamdulillah kamu baik - baik saja!" ucap Iip Setiawan saat menemukan Werkudara. Ia pun menggendong dan menciumi Werkudara. Werkudara berkokok.


 

"Kukurikuuuuuuuuuk............!" Werkudara Bumi Legawa.


 

"Ayo kita pulang, sudah mau mahgrib!" ajak Iip Setiawan.


 

Di dalam rumah Iip Setiawan, di malam hari.


 

Iip Setiawan, Pak Ujang ayahnya Iip, dan Ibu Erna ibunya Iip sedang makan malam bersama, di meja makan.


 

"Barang - barang lebih baik disiapkan sekarang!" kata Ibu Erna ibunya Iip Setiawan.


 

"Ke Jakartanya masih dua hari lagi, Bu!" kata Iip Setiawan.


 

"Ibu mu benar, biar nanti tidak ada yang tertinggal, Ip!" kata Pak Ujang.


 

"Inggih Iip manut wae karepe Ayah lan Ibu! Nanti Iip akan siapkan semuanya!" ujar Iip Setiawan.


 

"Ibu pesan kamu kuliah yang benar!" pesan Ibu Erna.


 

"Insya Allah, Bu!" jawab Iip Setiawan.


 

"Kalau bisa, kamu bicara yang benar bahasanya. Jawa ya Jawa saja, Sunda ya Sunda saja. Kalau campur aduk rasanya seperti orang aneh. Seperti orang yang tidak bisa dipercaya. Bisa - bisa ada yang punya pikiran, kamu teh orang jahat!" pesan Pak Ujang.


 

"Susah tenan merubah kebiasaan!" kata Iip Setiawan.


 

"Dicoba dibiasakan, lama - lama juga bisa!" kata Pak Ujang.


 

"Iip teh ke Jakartanya mau kalian Werkudara Bumi Legawa!" ujar Iip Setiawan. Ibu Erna terkejut sampai tersedak.


 

"Siapa Werkudara Bumi Legawa?" tanya Pak Ujang.


 

"Itu, ayam jantan yang dibeli Iip di arena adu ayam!" terang Ibu Erna. Ayah Iip ikut terkejut dan tersedak.


 

"Astaqfirullahaladzim inalillahi wainaillahirojiun!" sebut Pak Ujang. "Kamu teh aneh - aneh saja! Masak kuliah bawa ayam?" kesal Pak Ujang.


 

"Iip sudah terlanjur sayang, mboten saged pisah. Adanya Werkudara Bumi Legawa teh dijamin bikin Iip semangat kuliah!" ujarnya dengan yakin se yakin yakinnya.


 

"Memangnya boleh bawa ayam ke kampus?" tanya Pak Ujang dengan gemas - gemas kesal.


 

"Ayahnya teh eh salah ayamnya teh, ya mboten dibeto ke kampus. Mangke ayamnya teh Iip taruh di kosan Iip nanti," terang Iip Setiawan.


 

"Terserah kamulah yang penting teh kamu kuliah yang benar, bikin bangga Ayah!" kata Pak Ujang.


 

Rumah Nenek Tari, di sebuah kamar yang ditempati oleh Sofi Margareta. Sofi Margareta tidur sendirian. Ia sedang bermimpi seram. Ia ditawan oleh para perampok. Ayam jantan datang mematuki para perampok. Setelah para perampok kalah datang seorang pemuda (Iip Setiawan). Pemuda itu mencari - cari ayam jantannya. Pemuda itu menemukan ayam jantannya di dekat Sofi Margareta. Pemuda itu menggendong ayam jantannya lalu menciumi ayam jantannya lalu tersenyum lembut pada Sofi Margareta.


 

Bibinya Sofi membangunkan Sofi.


 

"Sofi bangun, Sayang, sudah subuh!" seru Dinda sambil terus menggoyangkan dan menepuk lembut tubuh Sofi. Sofi terbangun.


 

"Bi, Sofi bermimpi!" curhat Sofi.


 

"Mimpi apa?" tanya Dinda penasaran.


 

"Mimpi ditangkap penjahat - penjahat!" terang Sofi Margareta dengan wajah tegang.


 

"Mimpinya teh serem. Lalu?"


 

"Lalu Sofi ditolong sama ayam jantan, Bi!"


 

"Lalu?"


 

"Lalu datang pangeran pemilik ayam jantan itu, Bi!"


 

"Lalu?"


 

"Lalu Bibi membangunkan Sofi!"


 

"Menurut Bibi mimpi itu tanda kalau jodoh kamu teh sudah dekat!" kata Bibinya Sofi membuat Sofi deg deg deg. "Ayo sekarang sholat subuh lalu ikut Bibi ke pasar!" ajak Dinda kemudian. Dinda ke luar dari kamar Sofi.


 

"Apa iya jodohku sudah dekat?" tanya Sofi bermonolog dengan jantungnya yang berdetak berdebar. "Doa Lisa terkabul dong!" katanya kemudian dengan deg deg deg deg deg deg organ jantung hatinya. Ia merasa belum siap jika benar itu terjadi.


 

Pasar desa di awal pagi hari yang indah dengan langit yang baru nampak biru sungguh.


 

Sofi Margareta dan Dinda sedang memilih sayur mayur. Bibi Sofi mengambil dompet untuk membayar. Di belakang mereka seorang copet memperhatikan Bibi Sofi ketika meletakkan kembali dompetnya setelah membayar. Sofi Margareta dan Dinda pergi dari tukang sayur. Copet itu mengikuti mereka berdua.


 

Di sisi lain pasar desa.


 

Iip Setiawan membantu ibunya berbelanja sambil menggendong Werkudara Bumi Legawa.


 

"Aduh Iip apa tidak bisa ayamnya kamu tinggal? Bagaimana kamu bisa bantu Ibu bawa belanja?" keluh Ibu Erna.


 

"Saged, Bu!" kata Iip Setiawan. Iip Setiawan membantu Ibu Erna membawa belanja tetapi Werkudara Bumi Legawa jadi lepas. "Werkudara Bumi Legawa, kamu teh mau ke mana?" tanya Iip dengan berteriak menggelegar membuat semua warga menoleh kepadanya.


 

Di sisi lain pasar desa.


 

Sofi Margareta dan Bibi Sofi sedang memilih kue - kue pasar di antara kerumunan orang yang juga sedang memilih kue - kue pasar. Copet di belakang mereka berpura - pura melihat - lihat kue. Copet diam - diam merogoh dan mengambil dompet Dinda. Werkudara Bumi Legawa melihat aksi copet itu. Dinda mau membayar kue. Ia mencari - cari dompetnya.


 

"Dompetku tidak ada!" seru Dinda.


 

Copet pura - pura tidak tahu dan tidak peduli.


 

"Apa mungkin Bibi lupa menaruhnya?" tanya Sofi Margareta.


 

"Insya Allah, Bibi tidak lupa, Sof!" kata Dinda dengan yakin.


 

"Apa mungkin dompetnya jatuh?" tanya Sofi Margareta.


 

Dinda dan Sofi mencari - cari di bawah dibantu pedagang dan warga. Copet hendak pergi tetapi Werkudara Bumi Legawa menyerang copet hingga dompet Dinda terjatuh dari badan copet.


 

"Itu dompet Bibi!" seru Dinda.


 

"Dia telah mencopet dompet Bibi!" seru Sofi Margareta.


 

"Kita hajar saja dia!" seru pedagang kue. Warga hendak mengeroyok copetnya.


 

"Stop! Stop! Jangan!" seru Sofi Margareta mencegah. "Lebih baik kita serahkan ke polisi saja!" saran Sofi Margareta.


 

"Benar apa kata keponakan saya!" kata Dinda. Warga manggut - manggut. "Ayo, sekarang kita giring dia ke kantor polisi!" ajak Dinda. Akhirnya warga dan Dinda bergegas membawa copet itu ke kantor polisi.


 

Sofi Margareta terdiam memandangi ayam jantan dan mengingat - ingat. Sofi pun teringat.


 

"Diakan ayam jantan yang kemarin mengejar ku!" ingat Sofi dengan terbelalak. "A......................BCD!" pekik Sofi lari sekencangnya terbirit - birit tapi tersandung hingga jatuh. Ayam jantan itu terbang melompat menghampiri Sofi. Sofi terkejut semakin takut, segera bangkit dan buru - buru ingin menyusul Dinda dan warga tetapi ceritanya jadi lain. Ayam jantan itu membuat Sofi berlari ke arah lain.


 

Sofi Margareta terus dikejar ayam jantan itu. Sofi berlari sampai beberapa kali menabrak dan mengganggu para pedagang dan warga. Ayam jantan berhasil menyusul Sofi dan berlarian mengitari Sofi.


 

"A.................BCD! Baru datang di desa dikejar ayam! Tidur semalam mimpinya mimpi ayam! Sekarang di pasar dikejar ayam juga!" protes Sofi kesal. Ayam jantan aneh please dong jangan kejar Sofi!" pinta Sofi kepada Werkudara Bumi Legawa. "Sofi salah apa sih sama kamu, Ayam Jantan?" tanya Sofi heran. "Kamu handsome loh kalau kamu tidak mengejar Sofi!" puji Sofi. Werkudara kegeeran. Sofi berhasil lolos dari putaran ayam jantan. Sofi lari dan ayam jantan itu terus mengejarnya.


 

Iip Setiawan sedang jalan menenteng belanjaan ibunya, sambil matanya ke bawah mencari - cari Werkudara Bumi Legawa. Sama - sama tidak melihat benar, Sofi Margareta yang berlari, menabrak Iip Setiawan, sehingga mereka berdua terjatuh.