Try new experience
with our app

INSTALL

Raja Jatuh Cinta 

TANTANGAN ANDRE

Seorang bocah lelaki berusia delapan tahun menyambut Malla ketika gadis itu sampai di sebuah panti asuhan. Wajah bocah itu sangat sumringah begitu Malla menyerahkan satu kresek peralatan sekolah seperti buku dan pulpen.

“Kak Malla datang!” Seru bocah itu, dan tak berapa lama kemudian puluhan anak berusia lima sampai sepuluh tahun langsung mengerubungi Malla. Malla yang sudah terbiasa dengan semua ini, menatap haru ketika tangan–tangan kecil itu berebutan buku dan pulpen.

“Jangan berebut…” Ucap seorang wanita berjilbab yang menghampiri Malla dan memeluknya. “Sini, biar kakak yang bagi bukunya.”

Kerumunan anak kecil itu langsung berbaris patuh.

“Ini buat Dion…” Seorang anak kecil berkaus hijau mendekat dan melompat senang ketika menerima buku itu.

“Ini yang gambar boneka buat Putri…”

Seorang gadis berkepang cekikikan ketika menerima buku itu. Dia langsung bergabung bersama temannya, dan memamerkan buku bergambar barbie itu.

“Terima kasih untuk semuanya, Malla.” Ucap perempuan berjilbab ketika selesai membagikan buku. “Untuk semuanya. Aku senang kamu membantu mengajari mereka membaca dan menulis.”

Malla mengangguk. “Terima kasih juga, Mbak Sekar. Aku senang mengajari mereka.”

Wanita bernama Sekar itu kembali memeluk Malla.

Sudah lama memang Malla menjadi pengajar lepas di panti ini. Tiga kali dalam seminggu biasanya Malla mengunjungi tempat ini. Bahkan sebelum kepindahannya ke SMA Tunas Bangsa, Malla sudah menjadi relawan di panti ini.

“Ayo masuk…” Ajak Sekar tersenyum. “Pasti anak–anak sudah kangen sama kamu. Oh ya, selain kamu, panti ini juga kedatangan relawan baru, namanya Irina.”

Malla tersenyum dan mengikuti Mbak Sekar masuk ke dalam panti.


 

***


 

Raja tidak menyangka jika insiden yang terjadi kemarin siang akan berdampak begini rumit setelah Nadia mengetahui entah dari siapa. Nadia menghampiri Malla dan dengan sengaja dia menumpahkan minuman ke seragam yang dipakai Malla.

“Apa-apan ini?!” jerit Malla ketika Nadia pura-pura terkejut.

“Oh sorry, gue nggak sengaja,” Nadia cekikikan dengan dua temannya, Donica dan Ingrid. “Habis gue kira itu kain lap yang lo pakai.”

Malla berdiri, berusaha untuk membalas perbuatan Nadia, sebelum akhirnya ditahan Tina(dia adalah satu-satunya teman Malla. Baik Tina dan Malla mempunyai persamaan, mereka sama-sama cupu dan kuno, tak heran kalau mereka berdua langsung akrab.

Nadia dan dua cewek gengnya cekikikan ketika Malla kembali duduk dengan eksprei murka, dan ketika Nadia kembali menjelek-jelekan Malla dengan sindiran tentang kacamata kuda dan kepang dua, tampaknya Malla sudah tidak tahan lagi,—tanpa diduga-duga, Malla berdiri dan menumpahkan minuman yang dia pegang di seragam Nadia.

Sontak saja Nadia menjerit mendapat serangan, ketika Donica dan Ingrid berusaha mendorong Malla(yang terjadi malah Donica dan Ingrid terjatuh setelah Malla mendorongnya.

Hampir semua siswa di kantin tertawa melihat pemandangan itu.

Diam-diam Raja juga tertawa kecil melihat kejadian itu. Pasalnya selama hampir dua tahun dia bersekolah di sini, rasanya baru kali ini Nadia mendapat perlawanan.

“Malla ternyata cewek yang tangguh,” kata Andre ketika Nadia berpaling ke arah Raja seolah minta dukungan. “Baru kali ini ada anak yang berani menentang Nadia. Bagaimana menurut lo?”

“Apanya?”

“Tantangan gue,” Andre kembali nyengir mirip kuda. “Supaya Malla jatuh cinta sama lo.”

Raja mendecakan lidah. “Sampai kapan pun, gue nggak mau, sudah cukup banyak kesialan yang gue alami sejak bertemu Si Dekil.”

“Masih banyak waktu untuk memikirkan,” Andre berpaling ke arah Adit mencari dukungan. “Gue yakin lo bisa manfaatin cewek cupu itu.”

Raja hanya memutar bola mata mendengar gagasan gila ini lagi. Biar bagaimana pun juga, membayangkan harus berjalan berdua dengan Malla membuatnya mual.


 

Sepulang sekolah Raja segera meluncur ke sebuah kafe di daerah Jakarta Pusat. Hari ini dia sudah berjanji pada Citra akan mengajaknya nonton. Dan tepat pukul empat, Raja sampai di kafe itu dan mendapati Citra sudah menunggunya dengan tampilan yang sangat memesona.

Citra mempunyai wajah yang cantik dengan mata bening dan alis tipis. Bibirnya juga terkesan seksi ketika dia berbicara.

“Halo,” sapa Raja begitu dia duduk di depan Citra. “Sudah menunggu lama?”

“Nggak juga,” jawab Citra tersipu. Tanpa banyak basa-basi lagi, Raja segera menggenggam tangan lembut Citra dan langsung menembaknya, dalam hitungan tiga puluh detik, Raja tahu apa jawaban Citra, dia sama seperti cewek-cewek bodoh lainnya yang langsung menerima cinta Raja.

Setidaknya predikat Raja Jatuh Cinta memang layak untuknya.


 

***


 

Raja tidak peduli dengan Nadia ketika gadis itu mengetahui hubungannya dengan Citra.

“Gue nggak mau putus,” kata Nadia saat itu. “Gue masih sayang banget sama lo.”

“Gue sudah nggak bisa, Nadia,” kata Raja tidak terpengaruh sama sekali dengan air mata Nadia. “Gue harap lo mengerti, ini keputusan terbaik untuk kita. Kita harus berpisah.”

“Tapi kenapa?” tanya Nadia dengan tangis yang dibuat-buat. “Apa ada cewek lain yang lo suka?”

“Lo tentunya sudah tahu jawabannya.”

“Dasar brengsek!” Umpat Nadia langsung menggeloyor pergi. “Lo emang cowok paling brengsek di dunia ini.”

Raja hanya tersenyum.

“Lo nggak takut karma?” tanya Adit ketika mereka berada di kantin. “Lo dan Nadia baru jadian satu minggu, tapi lo sudah mutusin dia.”

Raja tertawa. Karma? Rasanya itu tidak mungkin terjadi. “Apa masalahnya?” gumam Raja memilih memasang earphon dari pada harus mendengar pertanyaan Adit. “Gue udah nggak cocok sama Nadia, dia itu cewek yang membosankan.”

“Dengar-dengar lo sudah jadian dengan Citra?” timpal Andre memakan bakso yang dia pesan. “Apa itu benar?”

Raja mengangguk.

“Lo emang petualang cinta sejati,” tambah Adit dengan nada mencibir. “Nggak salah deh lo nyandang gelar Raja Jatuh Cinta.”


 

Jam pelajaran terakhir diisi dengan pelajaran fisika tentang gelombang yang membuat kepala Raja ingin meledak karenanya. Percayalah, Raja tidak mengetahui sama sekali tentang jenis gelombang berdasarkan amplitudo ataupun mediumnya. Namun tidak dengan Malla, dia lancar menjawab semua pertanyaan Bu Nunik tentang Gelombang Berjalan ataupun Persamaan Simpangan. Dua jam kemudian kelas berakhir dengan sindiran Bu Nunik, agar Raja banyak belajar dari Malla.

“Siapa juga yang mau belajar sama Si Dekil?” gumam Raja ketika mereka keluar dari kelas. “Malla itu cewek yang sok ya.”

“Siapa yang sok?” celetuk sebuah suara menyela Raja. “Kalau ngomong jangan sembarangan, setidaknya gue nggak bodoh dan murahan seperti lo.”

Raja berpaling ke arah suara itu(Malla dengan tatapan mencibir melewati Raja diikuti Tina yang terkekeh. “Jadi cowok kok murahan amat, pasti deh mentalnya obralan.”

Adit dan Andre terbahak.

Dada Raja bergemuruh mendengar penghinaan Malla. Tanpa pikir panjang Raja langsung menghampiri Malla. “Apa maksud lo ngomong seperti itu?”

“Ngomong apa?” tantang Malla menegakan badan. “Memangnya tadi gue ngomong apa?”

“Jangan pura-pura bodoh,” geram Raja. “Apa maksud lo bilang gue murahan?”

“Lo punya otak kan?” kata Malla lagi. “Pikir sendiri, ayo, Tina, sebaiknya kita pergi, nggak ada gunanya juga meladeni cowok murahan macam Raja Jatuh Cinta, duh menggelikan sekali sebutan itu.”

Raja terpaku, baru kali ini ada cewek yang menyebut julukan Raja Jatuh Cinta sebagai sebutan yang murahan. Padahal sejauh ini dia begitu bangga dengan sebutan itu(menandakan bahwa dirinya begitu istimewa.

“Dasar cewek sinting,” hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Raja. Dia tidak tahu dari sudut pandang mana sehingga Malla menyimpulkan bahwa Raja Jatuh Cinta seorang yang murahan.

“Sepertinya ini semakin menarik bukan,” Adit yang sedari tadi terdiam mendekati Raja. “Sepertinya Raja Jatuh Cinta mulai kehilangan pamornya.”

“Lo bisa ngasih pelajaran Malla, Raja,” kata Andre lagi. “Lo ikuti saja tantangan gue, buat Malla jatuh cinta sama lo, setelah itu campakan dia begitu saja, gue yakin dengan begitu dia bakal malu dan tahu siapa lo sebenarnya.”

Raja menatap Andre dengan tatapan menimang, mulai tergoda untuk menerima tantangan Andre.