Contents
Master of Masters
3. Pameran Berlian
Di depan rumah Master Alexis yang mewah di pagi menjelang siang tampak para anak buahnya berjaga. Tidak lama kemudian datang Bagus salah satu kepercayaan Master Alexis. Bagus masuk ke dalam rumah mewah itu.
Bagus berjalan menuju ke kolam renang karena ia diberi tahu salah seorang pelayan jika Master Alexis sedang berenang. Sesampainya di kolam renang ia pun mendapati tuannya sedang berenang. Ia mendekat ke kolam renang. Alexis segera ke pinggir di mana Bagus mendekat.
"Bagaimana transaksinya, Bagus?" tanya Alexis sembari menepi.
"Tuan Juan Sion puas dan nanti malam minta dua ransel lagi," terang Bagus.
"Jam berapa sekarang?" tanya Alexis.
"Hampir jam sebelas, Tuan," jawab Bagus.
"Oh, hm ... temani aku makan siang dengan anak yatim piatu!" perintah Alexis sembari ke luar dari kolam renang.
∆∆∆
Sementara itu di dalam gedung pameran berlian.
Para pengunjung tampak lalu-lalang. Master Andhika Ardan yang bekerja sebagai polisi memperhatikan sekitar gedung itu. Ia memeriksa dan semuanya tampak aman-aman saja. Padahal sementara itu Master Sadam Pamungkas yang berprofesi sebagai pencuri bahkan dianggap sebagai raja pencuri sedang memperhatikan setiap perhiasan yang ada di pameran itu dengan tenang-tenang saja.
"Mungkinkah dia melewatkan ini?" benak Andhika Ardan mengira Sadam Pamungkas tidak akan mencuri di pameran berlian itu.
Beberapa saat kemudian Master Andhika Ardan dan Master Sadam Pamungkas yang dalam mode penyamaran berpapasan. Master Andhika Ardan bisa merasakan orang yang berpapasan dengannya memiliki kekuatan master sama dengan dirinya, tetapi ia tidak mengira jika itu Sadam Pamungkas.
"Master Andhika Ardan, hm ... sepertinya dia sedang mencari diriku, tetapi dia tidak mengenaliku. Penyamaranku sempurna lagi, kali ini," benak Sadam Pamungkas.
Pengunjung pameran terus lalu-lalang. Semua aman-aman saja, baik-baik saja, tidak ada yang mencurigakan sama sekali. Pencuri lain pun tidak menampakkan batang hidungnya. Mungkin saja semua karena mereka tahu Andhika Ardan dan para anggotanya menjaga dengan sangat ketat, seakan tanpa celah.
Tidak beberapa lama kemudian terdengar teriakan perempuan.
"Akh ... tidak! Ke mana?! Ke mana?! Maling ... maling!" seru pegawai perempuan.
Setelah dicek ternyata seorang pegawai pameran yang berteriak. Pegawai pameran itu melihat kalung yang dijaganya di kotak kaca bening hilang, maka dari itu ia menjerit panik.
"Maling ... maling ... maling!" serunya terus-menerus.
Satpam dan polisi langsung menghampiri pegawai wanita itu. Sadam ikut sedikit mendekat menghapiri, melihat apa yang terjadi dengan jarak sedikit jauh.
"Ada apa, Nona?" tanya Andhika Ardan.
"Kalung berlian yang saya jaga hilang, Pak!" terangnya dengan panik.
"Siapa nama Anda, Nona?" tanya Andhika Ardan.
"Saya Rani, Pak!" jawabnya dengan masih sangat panik.
"Nona Rani tenang, tarik nafas hembuskan, tarik nafas lagi hembuskan lagi, tenang!" kata Andika Ardan. Rani mengikuti arahannya dan ia pun sedikit lebih baik dari kepanikannya. "Kalau sudah tenang coba ceritakan pelan-pelan! Apa Nona Rani melihat pelakunya?" tanya Andhika Ardan kemudian.
"Tidak, saya hanya melihat kalung berliannya sudah tidak ada di tempatnya, Pak," jawab Rani.
"Kira-kira, terakhir kali Nona Rani melihat kalungnya jam berapa?" tanya Andhika Ardan.
"Saya rasa baru beberapa menit tadi saya masih melihatnya. Ya mungkin kira-kira lima menitan, tidak sampai sepuluh menit yang lalu saya masih melihat kalungnya, Pak," terang Rani.
"Cepat tutup semua pintu ke luar dan jendela, periksa CCTV, periksa semua orang!" perintah Master Andhika Ardan melalui HTnya. Semua anggota dan satpam bergerak.
Seseorang bertopi tampak segera mundur dari kerumunan. Pegawai wanita itu melihat orang itu, teringat jika sosok itu yang baru saja ia lihat sebelum kalung berlian menghilang. Rani langsung berteriak.
"Itu pencurinya!" seru Rani. Pria bertopi panik lari. Andhika Ardan, para polisi, dan para satpam mengejar. Sadam Pamungkas menjegal kaki pria bertopi itu. Pria bertopi itu jatuh.
Andhika Ardan merasakan energi master pada pria yang menjegal pencuri itu. Andhika Ardan tidak pedulikan. Ia segera memperhatikan pencuri itu. Andhika menangkap dan memeriksa pencuri itu.
"Kau pasti Master Sadam Pamungkas, Raja Pencuri!" Andhika Ardan membuka topi pria itu. Posisi topi yang cukup mengarah ke bawah, ke hidung, menutupi setengah wajah pria itu. Setelah dibuka ternyata bukan Sadam Pamungkas. Andhika menjadi terdiam sejenak dan ada rasa kecewa karena bukan Sadam Pamungkas yang berhasil ia tangkap. Ia pun tersadar dari terpaku dan segera memeriksa setiap detail baju pria itu. Ia menemukan kalung berlian yang hilang itu. Ia pun terkejut dan segera menunjukkan kalung itu kepada Rani.
"Nona Rani, inikah kalung berlian yang hilang?" tanya Andhika Ardan.
"Iya benar, itu kalung berlian yang saya jaga, Pak!" jawab Rani lega.
Andhika Ardan memandang salah seorang anggotanya.
"Pak tolong bawa pria ini ke kantor!" perintah Andhika Ardan kepada anggotanya yang ia pandang itu. Polisi itu dan dibantu beberapa temannya segera membawa pergi pelaku itu.
Sementara itu di kantor polisi, Pak Fiksi polisi pimpinan bagian narkotika sedang mengarahkan anggotanya untuk penggrebekan nanti malam.
"Baiklah, rapat selesai!" kata Pak Fiksi menyudahi pengarahannya.
"Pak saya mau izin sebentar untuk pulang, ada sedikit urusan pribadi. Saya pastikan sebelum jam sembilan malam saya telah kembali!" ujar Pak Sapta.
"Urusan apa?" tanya Pak Fiksi.
"Urusan sangat pribadi, dan saya sudah janji, Pak!" jawab Pak Sapta.
"Oh iya, baiklah, silakan!" Nanti malam jangan sampai tidak datang dan jangan sampai terlambat!" tegas Pak Fiksi.
"Siap, Pak! Terima kasih, Pak!" jawab Pak Sapta.
Sementara itu di pameran berlian.
Master Sadam Pamungkas dalam mode penyamaran sedang mengamati stan perhiasan emas.
"Ini lebih mudah dijual kembali, lebih cepat dari pada berlian. Ini sajalah yang akan aku ambil sebanyak-banyaknya, kalau perlu semuanya! Lagian dengan memilih emas sederhana mereka tidak akan menyangka jika sasaranku yang murah. Hahahahaha ... sementara mereka menjaga ketat kalung-kalung dan aneka perhiasan bertahta berlian mahal itu," benak Sadam Pamungkas.
Sadam mulai beraksi. Ia melakukan dengan cara sangat halus. Ia menghipnotis karyawan dan mendapatkannya dengan baik-baik walaupun tetap saja sama dengan mencuri. Selesai satu karyawan, ia mencari sasaran lainnya. Ia menghipnotis kembali karyawan lainnya lalu kembali mendapatkan emasnya dengan cara baik-baik. Beberapa kali ia melakukannya mencuri tanpa perlu mencuri.
Setelah merasa cukup banyak Sadam Pamungkas berjalan menuju ke toilet. Di dalam toilet ia memeriksa, menghitung emas yang ia dapatkan.
"Cukup banyak, lumayan!" suai bibir Sadam Pamungkas.
∆∆∆
Hari telah menjadi sore hari.
Di rumah Master Alexis.
Master Alexis dan Alisya adiknya sedang nonton televisi.
"Tuan Master Alexis, ada yang ingin bertemu dengan Anda. Dia sebenarnya sudah datang ke sini sejak siang tadi Anda pergi mengunjungi anak-anak yatim," terang salah seorang anak buah Alexis.
"Kenapa dia begitu ngotot mau bertemu dengan aku?" tanya Alexis.
"Katanya ada informasi yang sangat penting, tetapi ia sedari tadi berusaha menghubungi Anda melalui telepon katanya tidak diangkat," terang anak buahnya itu.
"Persilakan masuk!" perintah Alexis.
Anak buahnya itu segera ke luar untuk menjemput tamu itu. Alexis melanjutkan menonton televisi sambil ganti-ganti chanel televisi. Saat Alexis ganti-ganti chanel, Pak Sapta masuk.
"Tuan Master Alexis!" sapa Pak Sapta.
"Oh, Anda rupanya, Pak Sapta! Lama tidak berjumpa! Maaf, tadi saya tidak mengangkat telepon dari Anda karena tidak mengenal nomor Anda!" kata Alexis. "Tidakkah nanti ketahuan jika Anda ke sini?" tanya Alexis kemudian.
"Tidak mengapa tidak diangkat! Saya jadi harus datang ke sini, dan itu lebih baik untuk saya! Saya ingin menerima uangnya secara langsung untuk informasi yang sangat penting yang akan saya sampaikan. Untuk masalah ketahuan, aku bisa pastikan tidak akan ketahuan, karena aku orang terpecaya, kepercayaan, di kantorku!" ujar Pak Sapta.
"Hm ... rupanya uang sangat berharga, lebih berharga dari nilai. Kau tenang saya kau akan mendapatkan hakmu jika kau benar-benar membawa sesuatu yang sangat penting untukku, Pak Sapta. Katakan, informasi apa yang Anda dapatkan, Pak Sapta!" kata Alexis.
"Apakah Anda, Tuan Master Alexis bertransaksi tadi malam di kawasan pantai?" tanya Pak Sapta untuk memastikan.
"Iya, benar, Pak Sapta. Bagaimana Anda bisa mengetahuinya, Pak Sapta?" tanya Alexis.
"Itulah yang akan saya beri tahukan kepada Anda, Tuan Master Alexis!" ujar Pak Sapta. Alexis berdiri dan mendekat ke Pak Sapta yang sedari masuk berdiri.
"Katakan!" perintah Alexis.
"Master Maulana Husam yang melihat anak buah Anda, Tuan Master Alexis. Ia melihat transaksinya. Ia melaporkan transaksi itu kepada pimpinan saya, pimpinan di bagian narkotika. Sebaiknya urungkan transaksi nanti malam, carilah tempat yang lain lagi yang tepat!" terang Pak Sapta.
"Alisya, Adikku yang cantik, ambilkan uang yang banyak untuk Pak Polisi ini, Pak Sapta!" perintah Alexis.
"Oke, Kakak!" kata Alisya lalu bergegas pergi dari ruang nonton televisi.
"Anda mau minum apa, Pak Sapta? Silakan duduk dahulu!" kata Alexis.
"Tidak, terima kasih!" Pak Sapta menolak lalu duduk. Alexis juga duduk kembali di tempatnya duduk tadi.
"Hm ... Master Maulana Husam? Hm ... berarti itu artinya dia mempunyai kekuatan lebih dari manusia biasa. Sama seperti aku, tapi seberapa hebat dia?" tanya Alexis.
"Benar, Tuan Master Alexis, tetapi sepertinya tidak setangguh Anda, Master," terang Pak Sapta.
"Anda memuji, Pak Sapta," kata Alexis.
"Yang saya sampaikan adalah sesungguhnya. Kalau saya tidak salah, yang saya dengar levelnya hanya dua atau tiga," terang Pak Sapta.
"Siapa dia? Saya belum pernah mendengar nama Master Maulana Husam itu. Apa Anda mempunyai keterangan lebih tentangnya?" Alexis penasaran.
"Dia seorang chef di restoran Pantai. Sebuah restoran yang terletak di dekat kawasan pantai. Dia adalah sahabat dekat dari Polisi Master Andhika Ardan," terang Pak Sapta.
"Oh, Master Andhika Ardan!" Alexis berpikir. "Ya ... ya ... saya tahu dia! Dia seorang polisi yang biasa menangani di bagian kriminal seperti pencurian atau perampokan. Beritanya, Master Andhika Ardan saat ini sedang sibuk memburu Master Sadam Pamungkas, Raja Pencuri," kata Alexis.
Alisya datang membawa amplop. Alisya mendekat ke Master Alexis dan memberikan amplop itu. Alisya kembali duduk nonton televisi.
"Terima kasih, Adikku yang cantik!" ucap Alexis. Alexis memeriksa amplop itu lalu memberikannya kepada Pak Sapta. Pak Sapta menerima lalu memeriksanya. Pak Sapta tersenyum mengangguk karena puas.
"Terima kasih!" ucap Pak Sapta. Alexis mengangguk. Kalau begitu saya permisi, Tuan Master Alexis!" pamit Pak Sapta. Alexis mengangguk. Pak Sapta segera pergi.
Alexis mengambil telepon dan menelepon seseorang.
"Halo Tuan Juan Sion! Hari ini transaksi pindah ke jalan Macau, perkampungan di dekat pantai yang sama! Rumah nomor tiga belas! Untuk jam tetap sama, nol nol!" Alexis menutup teleponnya. "Alisya, Adikku tersayang, panggilkan Bagas Bagus sekarang!" perintahnya kemudian.
"Baik, Kak!" Alisya segera berdiri lagi dan pergi.