Try new experience
with our app

INSTALL

Ikatan Cinta Dunia Paralel Modern Kuno 

1. Andin dan Nino

Andin sedang menemani Reyna bermain di halaman rumah. Andin duduk di rerumputan sementara Reyna asyik bermain ke sana ke mari memainkan apa pun yang ada di halaman.


 

“Kalau saja ada sepasang binatang kelinci atau rusa di halaman pasti Reyna akan lebih asyik bermain di halaman,” batin Andin.


 

Andin memandangi keceriaan Reyna dengan tersenyum, dan lama-kelamaan membuatnya mengantuk. Akhirnya ia tertidur begitu saja di rerumputan. Ia terlalu lelap hingga bermimpi.


 

***


 

Andin terbangun di sebuah hutan. Ia melihat ada sepasang rusa sedang berduaan memadu kasih lalu kejar-kejaran. Ia tertarik mengikuti langkah sepasang rusa itu. Ia bangkit duduk, lalu bangkit berdiri, dan kemudian melangkah ke arah sepasang rusa itu pergi.


 

***


 

Aldebaran pergi ke toko buku. Ia sedang memilih-milih buku-buku cerita princess untuk Reyna. Ia pun memborong semua buku yang bertema princess lalu membayarnya.


 

Di jalan ia tertarik membaca salah satunya. Saat itu mobilnya tampak sedang melewati sebuah taman berpohon tinggi-tinggi. Ia kebetulan sedang mengantuk di saat itu. Matanya terasa berat sekali. Akan tetapi ia memaksakan diri untuk membaca karena penasaran dengan ceritanya dan karena ia membayangkan jika princessnya adalah Andin dan princenya adalah dirinya. Akhirnya tidak lama kemudian ia tertidur di mobil dalam kondisi membaca buku. Ia sampai masuk ke alam mimpi.


 

***


 

Aldebaran sedang bersama Nino di sebuah hutan. Mereka berpakaian bangsawan berupa jas model Eropa kuno yang menandakan ini sedang dalam masa modern kuno. Mereka masing-masing sedang membawa busur panah, anak panah, belati, dan pedang.


 

“Lihat, di sana ada rusa!” seru Nino yang melihat seekor rusa. Aldebaran melihat yang ditunjukkan oleh Nino.


 

Pada saat itu Aldebaran melihat satu lagi rusanya. "Itu ada satu lagi!” tunjuk Aldebaran. “Sepertinya mereka sepasang,” duga Aldebaran.


 

“Ya sudah pas kita satu satu!” tegas Nino.


 

Nino dan Aldebaran lantas segera menyiapkan panah mereka membidik ke arah sepasang rusa itu.


 

“Kasihan juga tapi,” ragu Aldebaran saat mau memanah salah satu dari rusa itu.


 

“Ah, kamu! Tujuan kita memang mau berburu, kenapa jadi melow?” protes Nino. Nino tidak peduli dan melepaskan anak panahnya ke salah satu rusa itu.


 

Andin melihatnya dan segera berlari sembari berteriak. “Awas!” seru Andin memperingatkan kedua rusa itu. Sepasang rusa itu menjadi gesit berlari menghindar. Sepasang rusa itu menghilang di kelebatan hutan.


 

“Ah, sial!” pekik Nino.


 

“Gara-gara tuh cewek, jadi sial!” gerutu Aldebaran.


 

Nino segera menghampiri Andin. Aldebaran segera mengekor Nino.


 

“Gara-gara kamu buruanku jadi kabur!” protes Nino. Pada saat bersamaan Nino terpanah dengan kecantikan Andin.


 

“He cewek! Apa kamu diajari untuk mengacaukan urusan orang, sama orang tua kamu, hah?!” marah Aldebaran.


 

“Tuan-tuan, saya bukan mau mengacaukan, tapi saya kasihan sama sepasang rusa itu!” tegas Andin. “Kalian bisa bayangin tidak sih, jika kalian punya kekasih lalu kekasih kalian tiada?” tanya Andin.


 

“Aku tidak punya kekasih!” tegas Aldebaran.


 

“Al, udahlah, jangan marah-marah sama Nona ini! Kau tadi juga kasihan kan? Benar sekali, Nona, kasihan, tapi sayangnya kami tidak mengerti itu, karena kami tidak memiliki kekasih,” kata Nino yang kini nada bicaranya melembut karena tertarik dengan kecantikan Andin. Aldebaran menatap Nino karena heran.


 

“Padahal tadi Nino yang kekeh mau memanah,” batin Aldebaran.


 

“Jika begitu, kalian bisa bayangin tidak sih, jika seandainya orang yang kalian sayangi, siapa pun itu, orang tua, anak, sahabat, siapa saja yang kalian sayangi pergi, tiada?” tanya Andin lagi. Mendengar kata-kata itu ada rasa terpanah di hati Aldebaran bercampur rasa kesalnya.


 

“Kalau begitu ajari aku merasakan itu dengan kau menjadi kekasihku, Nona. Bagaimana?” kata Nino. Andin terkejut. Aldebaran juga ternganga terbelalak mendengar kata-kata Nino itu.


 

“Menjadi kekasih itu harus saling menyayangi, saling memberikan kasih, bukan tiba-tiba, Tuan,” jawab Andin.


 

“Tentu, aku akan memberi Nona kasih, karena Nona telah membuat aku jatuh hati,” kata Nino.


 

“Bagaimana mungkin tiba-tiba?” Andin tidak percaya pernyataan Nino.


 

“Mungkin karena Nona sangat cantik,” jawab Nino. Nino mengulurkan tangannya. “Aku, Nino!” seru Nino antusias memperkenalkan dirinya.


 

“Saya Andin, Tuan.” Andin menjabat tangan Nino dengan tersenyum ramah.


 

Aldebaran pergi meninggalkan mereka berdua.


 

“Al! Mau ke mana?” tanya Nino. Aldebaran hanya menoleh sejenak lalu acuh dan pergi. Sesungguhnya hati Aldebaran tidak suka melihat Nino mendapatkan senyuman ramah dari gadis itu.


 

“Andin, namanya Andin.” Aldebaran mengingat nama gadis itu sembari pergi dari hutan.


 

***


 

Singkat cerita Andin dan Nino menjadi sepasang kekasih. Hari-hari dilalui mereka berdua dengan menyenangkan. Sampai akhirnya Nino mantap meminangnya. Untuk itu mereka saling mengenalkan satu sama lain dengan keluarga masing-masing. Keluarga mereka sama-sama setuju meskipun kondisi ekonomi keduanya berbeda. Nino anak bangsawan dan pebisnis. Sementara Andin anak pengusaha rumahan yang hasilnya hanya cukup untuk keperluan sehari-hari. Pernikahan pun akhirnya digelar. Sementara Aldebaran hanya bisa menyimpan sendiri perasaannya.


 

Elsa adik Andin yang tinggal di perantauan untuk bekerja, pulang, demi menghadiri pernikahan kakaknya. Di saat itu Elsa terpanah dengan ketampanan Nino. Apalagi ia mengetahui Nino anak bangsawan dan pebisnis sukses. Pokoknya Nino sesuai dengan imajinasi, impian, idaman Elsa selama ini. Nino pun terpanah dengan kecantikan Elsa yang jauh melebihi Andin.


 

Elsa memutuskan akan merebut Nino meskipun Nino milik kakaknya. Untuk itu Elsa memutuskan untuk bekerja pada Nino, dengan meminta bantuan Andin. Elsa beralasan agar tidak perlu jauh-jauh ke luar kota. Dengan begitu Elsa juga bisa sembari merawat dan membantu bisnis rumahan milik kedua orang tua mereka. Demi adiknya, Andin membujuk Nino untuk memberikan Elsa pekerjaan di perusahaan Nino. Elsa yang sekolah tinggi sampai universitas Nino tempatkan menjadi sekertarisnya. Nino melakukan hal itu karena ia juga tertarik dengan Elsa.


 

Jalan sudah terbuka untuk Elsa mendekati Nino. Elsa pun menjadi tahu jika Nino sebenarnya juga jatuh cinta pada Elsa. Elsa senang cintanya bersambut dan ia semakin kekeh untuk mendapatkan Nino seutuhnya.

Berbagai cara Elsa lakukan untuk mendapatkan Nino. Salah satunya dengan membuat Andin kehilangan bayinya saat melahirkan. Bayi itu sebenarnya lahir dengan selamat. Akan tetapi ia tukar dengan bayi yang telah tiada yang ia beli dari orang tua miskin yang kehilangan bayinya. Sementara bayi Andin yang masih hidup ia taruh diam-diam malam-malam di pintu sebuah panti asuhan.


 

Kehilangan bayi membuat Nino sedih dan marah pada Andin. Nino menyalahkan Andin karena tidak becus menjaga kehamilannya. Begitu pun kedua orang tua Nino, mereka menyalahkan Andin. Hal itu pula yang membuat Nino memiliki alasan untuk menceraikan Andin. Setelah cerai dengan Andin tidak menunggu lama, tepat saat palu sah cerai diketuk, malam harinya Nino langsung menikahi Elsa.


 

Untuk menghilangkan kesedihannya Andin memutuskan untuk menyibukkan diri. Untuk itu ia pergi melamar kerja. Akan tetapi sudah beberapa kali melamar ia tidak diterima karena ia hanya sekolah sampai menengah ke atas sedangkan yang dibutuhkan dan yang diterima yang bersekolah sampai universitas. Ia pun menjadi mengeluh karena ibunya tidak mau menyekolahkan dirinya sampai jenjang tinggi. Berbeda dengan ayahnya yang ingin dirinya sekolah tinggi. Akan tetapi ayahnya selalu menuruti apa kata ibunya. Meskipun demikian Andin tidak menyerah. Ia terus mencoba melamar pekerjaan. Ia lalu berpikir untuk menjadi pelayan.


 

Kebetulan Andin melamar di rumah Aldebaran. Aldebaran yang mengenalnya langsung meminta ibunya untuk menerimanya bekerja. Mama Rosa pun setuju karena bisa menilai jika Andin memang orang jujur, bisa dipercaya, dan akan bisa menangani pekerjaan rumah dengan baik.


 

***


 

“Kenapa tidak bekerja yang lain?” tanya Al saat Al duduk santai sementara Andin sedang sibuk bersih-bersih.


 

“Saya tidak sekolah tinggi, Tuan, jadi ya hanya ini yang bisa saya kerjakan,” jawab Andin sembari berhenti sejenak. Kemudian ia lekas melanjutkan lagi pekerjaannya.


 

“Adik kamu sekolah sampai tinggi, kenapa kamu tidak?” heran Aldebaran.


 

“Elsa anak kesayangan ibu. Ibu mau Elsa sampai tinggi, tapi tidak untuk saya,” terang Andin.


 

“Kalau kamu mau menjadi istri saya, akan saya sekolahkan kamu,” kata Aldebaran.


 

“Tuan sama saja ya seperti teman Tuan,” kata Andin menanggapi hal itu.


 

“Maksudmu aku sama seperti Nino?” tanya Aldebaran memastikan. Andin tidak menjawabnya dan lekas menyelesaikan bersih-bersihnya di ruang di mana sedang ada Aldebaran.


 

***


 

Aldebaran dan ibunya sedang di meja makan. Sementara Andin sedang menyiapkan makanan di meja makan. Aldebaran bangkit dari duduknya dan membantu Andin. Ibu Aldebaran melihat putranya sepertinya terlalu perhatian kepada Andin karena dengan pembantu sebelumnya Aldebaran tidak bersikap sampai seperti itu.


 

“Andin, kamu ikut makan!” perintah Aldebaran.


 

“Saya sudah makan, Tuan,” tolak Andin.


 

“Ini perintah! Kamu kerja di sini, jadi kamu harus menuruti majikan kamu!” tegas Aldebaran. Andin berdiri terdiam.


 

“Ayo Andin, duduklah!” perintah Mama Rosa mendukung perintah Aldebaran. Andin akhirnya menurut dan ikut duduk.


 

“Layani saya dulu! Ambilkan nasi, lauk itu, itu, sayur itu, dan itu!” tunjuk Aldebaran. Andin menjadi berdiri lagi untuk mengambilkan Aldebaran makan.


 

“Sudah duduk lagi!” perintah Aldebaran. Andin menurut.


 

Saat Andin sudah duduk, Aldebaran berdiri mengambil piring lalu nasi.


 

“Mau lauk apa?” tanya Aldebaran.


 

“Biar saya ambil sendiri, Tuan,” kata Andin. Aldebaran lalu mengambilkan semua lauk dan sayur yang ada. Andin ternganga karena banyaknya. Mama Rosa juga ternganga.


 

Aldebaran memberikan piring itu ke Andin. “Harus habis! Awas kalau sampai ada sisa!” tegas Aldebaran. Aldebaran lalu makan sambil tersenyum puas.


 

***