Try new experience
with our app

INSTALL

E34-43 2 Yang Mulia 

2. 35. Lamaran Sultan Sauqy

Istana negeri Kapur, sore hari.


 

Empat orang kurir datang membawa wood oven stove mini pesanan Sultan Singa untuk Sultan Hanif.


 

"Ini untuk Yang Mulia Sultan Hanif dari Yang Mulia Sultan Singa," kata seorang kurir. Keempat Kurir menunduk sejenak lalu pergi.


 

Sultan Hanif melihat detail kompor sekaligus oven kayu berukuran mini itu.


 

"Aku sangat suka! Terima kasih Yang Mulia Sultan Singa! Dalam rangka apa Yang Mulia Sultan Singa memberiku hadiah sebagus ini?" Sultan Hanif sangat senang dan heran penuh tanya dalam rangka apa.


 

Waktu berlalu hingga datang malam. Sultan Sauqy pulang ke istananya, istana Kapur.


 

"Ananda Sultan Sauqy, lihatlah!" seru Sultan Hanif sambil menunjukkan dengan bangga dan sangat senang, hadiah wood oven stove mini dari Sultan Singa. "Bagus bukan? Ini dari Yang Mulia Sultan Singa. Apa Ananda tahu, dalam rangka apa Yang Mulia Sultan Singa memberikan aku hadiah sebagus ini?"


 

"Bagus sekali ini, Yang Mulia, Ayahanda! Akan tetapi aku tidak tahu dalam rangka apa. Ayahanda sudah dengarkan, kalau Yang Mulia Sultan Singa, pagi tadi mau menalak Ratu Lia?" kata Sultan Sauqy.


 

"Ah, iya!" seru Sultan Hanif saat ingat.


 

"Mana mungkin Yang Mulia Sultan Singa dalam keadaan demikian tidak baik, sempat punya rencana untuk memberi Ayahanda, hadiah sebagus ini. Dalam kondisinya saat ini itu tidak mungkin. Ananda juga heran." Sultan Sauqy juga heran penuh tanya kenapa Sultan Singa bisa sempat memberikan hadiah sebagus itu untuk ayahandanya.


 

"Lalu bagaimana tadi, apa Ratu Lia sudah ...?" tanya Sultan Hanif dengan khawatir.


 

"Tuan Putri Cendani, menyelamatkan Yang Mulia Ratu Lia lagi!" cerita Sultan Sauqy.


 

"Jadi tidak ada kata talak?" tanya Sultan Hanif memperjelas.


 

"Hampir saja, tapi tepat pada waktunya, Cendani datang dan dengan beraninya membentak Sultan Singa, untuk mau mendengarkannya. Ia membuktikan segalanya!" terang Sultan Sauqy dengan antusias.


 

"Pastinya Yang Mulia Sultan Singa akan sangat marah!" duga Sultan Hanif.


 

"Benar, Yang Mulia Sultan Singa sangat marah! Yang Mulia Sultan Singa yang sebelumnya tidak pernah menghina Cendani sebagai budak, sampai harus menghina Cendani. Cendani sampai menangis. Karena tangisannya itu, akhirnya Yang Mulia Sultan Singa tidak tega, dan memberikan kesempatan Cendani berbicara. Cendani membuktikan jika Ratu Lia difitnah. Para Jenderal menyelidiki dan ternyata benar, yang menfitnah adalah Ratu Farah!" cerita Sultan Sauqy.


 

"Gadis hebat, aku sangat-sangat suka! Jadikan dia menantuku, Putraku!" kata Sultan Hanif.


 

"Iya, Ananda juga ingin meminta Ayahanda untuk melamarnya segera!" ujar Sultan Sauqy.


 

"Bagaimana dengan Yang Mulia Sultan Singa, apa dia tidak akan keberatan?" tanya Sultan Hanif.


 

"Yang Mulia Sultan Singa sudah memberi restu. Yang Mulia Sultan Singa, meminta Ananda untuk melamar gadis itu!" terang Sultan Sauqy dengan semangat.


 

"Kalau begitu, tunggu apalagi, Ananda? Besok aku akan melamarnya untukmu, Ananda!" ujar Sultan Hanif dengan semangat antusias juga. Sultan Sauqy sangat senang dan memeluk erat ayahnya.


 

"Terima kasih, Ayahanda!" ucap Sultan Sauqy sembari memeluk Sultan Hanif.


 

Langit Malam, Istana Rubi, kamar Ratu Lia.


 

"Ratuku, katakan, jika Ratu menginginkan sesuatu!" ujar Sultan Singa.


 

"Bolehkah hamba meminta sesuatu?" Ratu Lia ragu.


 

"Tentu, Ratuku!" Sultan Singa meyakinkan.


 

"Hamba ingin tidur di kamar taman, bersama Cendani, Yang Mulia," ujar Ratu Lia.


 

"Apa yang ingin Ratu lakukan? Tolong jangan sakiti putriku lagi! Putriku sudah menolong kita dari perpisahan!" pinta Sultan Singa yang sangat takut Ratu Lia akan menyakiti lagi putri kesayangannya.


 

"Hamba tidak akan menyakitinya lagi Yang Mulia, hamba hanya ingin tidur dengannya di kamar taman, satu malam saja!" kata Ratu Lia. Sultan Singa tidak percaya.


 

"Hamba berjanji tidak akan menyakitinya lagi!" ujar Ratu Lia.


 

"Janji bisa kau ingkari, Ratuku! Cendani sangat berharga buat aku! Aku tegaskan kepadamu, tidak akan aku biarkan siapa pun menyakitinya, Ratu!" kata Sultan Singa.


 

"Tidak akan, demi yang ada di rahim ini!" ujar Ratu Lia. Sultan Singa menyelidik mata Ratu Lia. Jika mungkin Ratu Lia punya rencana jahat lagi pada Cendani. Akan tetapi tidak ditemukan niat itu.


 

"Baik, tapi aku akan ikut tidur di kamar taman! Aku tidak mau lagi putriku celaka!" ujar Sultan Singa.


 

"Iya, tidak mengapa jika Yang Mulia ikut!" kata Ratu Lia.


 

Sultan Singa memapah Ratu Lia menuju ke kamar taman Cendani.


 

Kamar taman Cendani.


 

"Sultan Badar Saifulah Husam tiba!" seru prajurit dari luar taman.


 

Cendani segera bangkit dari rebahan. Sultan dan Ratu masuk. Cendani menghampiri dan sejenak menunduk.


 

"Ananda, Ratu Lia ingin tidur bersama Ananda di kamar taman. Apa boleh, Sayang?" tanya Sultan Singa.


 

"Tentu, Yang Mulia!" Cendani senang. "Silakan, Yang Mulia Ratu!" kata Cendani dengan antusias.


 

Sultan Singa membantu Ratu Lia duduk di tempat tidur.


 

"Duduklah kemari, Ananda Cendani!" kata Ratu Lia. Cendani duduk di dekat Ratu Lia. Ratu Lia memeluk Cendani.


 

"Ananda, maaf dan terima kasih!" ucap Ratu Lia bersungguh-sungguh sambil memeluk Cendani. Ratu Lia mengusap puncak kepala Cendani dan mengecup kening Cendani berulang-ulang. "Ananda jangan takut lagi kepadaku! Aku tidak akan menyakiti Ananda lagi, aku janji!" ujar Ratu Lia bersungguh-sungguh. Cendani menjadi menitikkan air mata.


 

"Sudah malam, ayo saatnya kalian tidur!" kata Sultan Singa. "Aku juga akan bersama kalian!" katanya lagi.


 

Mereka pun tidur bertiga di tempat tidur rotan yang berukuran king size itu. Sultan dan Cendani di pinggir sedangkan Ratu Lia di tengah. Ratu Lia tidur dengan memeluk Cendani.


 

Pagi tiba, keluarga Sultan Hanif beramai-ramai datang membawa banyak hadiah. Ratu Quinta datang dengan tampak berwajah kesal. Sultan Singa didampingi Ratu Lia dan Ratu Ana menyambut para tamu istimewa itu.


 

"Ada apa ini? Tidak ada angin yang mengabarkan jika rombongan keluarga istana Kapur akan berkunjung ke istana Rubi?!" Sultan Singa menyambut dengan antusias bercampur sangat heran di ruang tamu istana yang sepuluh kali lipat lebih luas dari ruang kerja Sultan Singa.


 

Farhan membawa troli berisi aneka kue dan minuman.


 

"Benar, kami juga mendadak! Kami tidak mau kehilangan gadis itu!" kata Sultan Hanif dengan antusias juga.


 

"Maksudnya, putriku Cendani?" Sultan Singa menebak.


 

"Benar, Yang Mulia Sultan Singa! Kami datang dengan niat melamarnya untuk Yang Mulia Sultan Sauqy!" terang Sultan Hanif bersemangat. Sultan Singa tersenyum bahagia.


 

"Dengan senang hati, aku menerima lamarannya, tapi semua terserah kepada Ananda Cendani. Aku tidak mau memaksanya. Putramu sendiri yang harus meyakinkannya. Ananda Cendani itu menyadari, jika dirinya hanya gadis budak dan gadis hutan. Kalian akan dianggap langit, olehnya. Jadi di situ masalahnya. Jika kalian, terutama Sultan Sauqy, tidak bisa meyakinkannya, aku rasa dia akan menolak." Sultan Singa menerangkan.


 

"Kami sungguh tidak masalah dengan dia sebagai budak atau gadis hutan. Gadis itu sangat berharga buat kami, khususnya bagi Sultan Sauqy!" kata Sultan Hanif bersungguh-sungguh.


 

"Aku percaya Sultan Hanif. Akan tetapi Cendani yang harus Yang Mulia Sultan Hanif yakinkan bukan aku!" tegas Sultan Singa.


 

"Dalam kesempatan ini, aku juga mengucapkan terima kasih atas hadiah wood oven stovenya. Kalau boleh tahu dalam rangka apa?" kata Sultan Hanif.


 

"Ananda Cendani ingin membelinya, lalu aku tahu Yang Mulia Sultan Hanif juga akan suka dengan barang itu, jadi aku membelinya dua. Tidak dalam rangka apa-apa," jawab Sultan Singa.


 

"Oh, begitu. Em ... jadi ini, lamaran kami, Yang Mulia Sultan Singa terima?" tanya Sultan Hanif memastikan.


 

"Iya, aku dengan sangat senang hati menerima lamaran Yang Mulia Sultan Sauqy, Yang Mulia Sultan Hanif!" ujar Sultan Singa dengan tersenyum.


 

"Baik, itu sudah cukup. Aku yakin, Cendani akan bisa diyakinkan. Kalau begitu kami langsung pamit karena Kapur kosong tanpa aku dan putraku, Yang Mulia Sultan Singa!" kata Sultan Hanif.


 

"Baik, terima kasih!" ucap Sultan Singa.


 

Ratu Lia memperhatikan ekspresi Ratu Quinta yang tidak senang.


 

"Ratu Quinta kau akan beruntung jika memiliki Ananda Cendani. Berkat dia pernikahanku selamat dan dia juga yang telah menyelamatkanku beberapa kali," kata Ratu Lia kepada Ratu Quinta saat bersalaman.


 

Sultan Singa dan Sultan Hanif bersalaman dan berpelukan. Sultan Hanif sekeluarga pulang kecuali Sultan Sauqy.


 

"Temuilah di kamar taman, dan ceritakan tentang lamaranmu ini!" perintah Sultan Singa. Sultan Sauqy menunduk sejenak lalu pergi.


 

"Pelayan!" seru Ratu Ana. Pelayan datang. "Bawa semua hadiah - hadiah ini ke kamar taman!" perintah Ratu Ana.


 

Kamar taman Cendani.


 

Cendani sedang bermain kelinci. Sultan Sauqy datang dan menghampiri Cendani.


 

"Jenderal, hamba belum masuk kerja, maaf! Tadi Yang Mulia Sultan Singa menyuruhku istirahat karena asmaku masih belum stabil," terang Cendani.


 

"Iya, besok saja masuk kerjanya!" Sultan Sauqy ikut memegang kelinci. "Aku ke sini mau memberi tahu. Jika baru saja, aku, membawa kedua orang tuaku dan seluruh keluargaku dari istana Kapur untuk melamarmu!" terangnya kemudian. Cendani terkejut, jantungnya berdebar kencang.


 

"Tidak mungkin, Yang Mulia Sauqy pasti bohong! Mana mungkin, kedua orang tua Sultan, yang seorang Sultan dan Ratu, akan datang untukku." Cendani tidak mempercayai dan menenangkan dirinya sehingga jantungnya kembali normal. Cendani kembali bermain dengan kelinci.


 

Para pelayan datang membawa banyak hadiah ke kamar taman. Para pelayan menaruh hadiah di kamar Cendani.


 

"Hadiah untuk siapa sebanyak ini?" tanya Cendani.


 

"Untukmu!" tegas Sultan Sauqy.


 

"Dari siapa?" tanya Cendani.


 

"Keluarga besarku!" tegas Sultan Sauqy.


 

"Aku tahu, pasti dari Yang Mulia Sultan Singa, karena kemarin pernikahannya selamat!" kata Cendani bersemangat.


 

"Jika kamu tidak percaya, tanyakan sendiri kepada Yang Mulia Sultan Singa, atau Yang Mulia Ratu Lia, atau Yang Mulia Ratu Ana!" tegas Sultan Sauqy.


 

"Bohong! Aku tidak perlu bertanya, pasti karena persidangan kemarin, dan Yang Mulia Sultan Singa, kemarin, memang ingin sekali memberikan aku banyak hadiah!" tegas Cendani.


 

"Yang Mulia Sultan Singa telah menerima lamarannya. Kita akan segera menentukan tanggal pernikahannya dan mempersiapkan semuanya!" tegas Sultan Sauqy.


 

Ratu Lia dan Ratu Ana datang ke kamar taman Cendani. Cendani berhenti bermain kelinci dan berdiri menunduk sejenak. Sultan Sauqy juga menunduk sejenak. Ratu Ana memeluk Cendani lalu bergantian Ratu Lia memeluk Cendani.


 

"Selamat ya, Ananda! Ananda telah dilamar Yang Mulia Sultan Sauqy!" ucap senang Ratu Ana. Deg, Cendani terkejut dan jantungnya kembali berdetak tidak normal.


 

"Selamat, Ananda, aku ikut senang!" kata Ratu Lia dengan senang hati.


 

"Sudah Ratu Lia! Kita biarkan mereka berduaan!" kata Ratu Ana. Ratu Ana dan Ratu Lia pergi.


 

"Kau sudah percaya sekarang?" tanya Sultan Sauqy.