Contents
Gaun (Ikatan Cinta FF 2.0)
IC FF 20. Harusnya Aku!
IC FF 20. Harusnya Aku!
“Aku akan mengembalikan piring ini dan mengucapkan terima kasih kepada Andin. Aku harus banyak berinteraksi dengan Andin agar aku selalu ia ingat. Aldebaran, perlahan akan aku singkirkan kamu dari benak dan hati Andin,” batin Nino yang telah selesai makan. Ia segera membersihkan mulutnya. Kemudian, ia bergegas mengembalikan piring beserta sendok garpu yang ada padanya.
❤️❤️❤️
Andin ikut membantu membereskan bekas makan. Saat itu, Nino datang dan langsung menghampirinya. Andin menoleh ke Nino yang tiba-tiba ada di sisinya dengan membawa piring, garpu, dan sendok.
Aldebaran melihat mereka. Ia berdecak cemburu. Dengan tampang dingin, ia lekas mendekat.
“Mau tambah, Mas?” tawar Andin ke Nino.
“Em ... sudah cukup. Terima kasih. Masakan kamu enak sekali.”
“Em ... yang masak ramai-ramai kok bukan aku. Aku kebanyakan bagian menyiangi,” kata Andin.
“Oh. Em ... ini piringnya.” Aldebaran yang meraih piring dari tangan Nino.
“Sudah makan, No? Sudah sana kalau sudah! Ndin, biar aku saja yang bantu beresin. Kamu tadi sudah bantu memasak. Sekarang, kamu istirahat, kamu jaga anak-anak saja!” Aldebaran tidak rela kalau Andin sampai membersihkan bekas Nino. Andin mengerti Al cemburu, ia pun senyum-senyum mendapati suaminya cemburu.
“Oke, terima kasih, Mas.” Andin lekas beranjak pergi ke anak-anak. Nino mengikuti Andin.
Andin menemani anak-anak bermain. Anak-anak sedang duduk di tikar bermain kertas lipat. Nino menghampiri dan ikut bermain bersama anak-anak.
“Minta satu ya kertasnya.”
Reyna berbinar melihat Nino. “Om Baik!” seru Reyna. Nino tersenyum dan lekas melipat selembar kertas. “Om Baik juga bisa melipat?” tanya Reyna.
“Bisa dong.”
“Ini mau bikin apa?”
“Kupu-kupu.”
Saat itu, Aldebaran kembali melihat Nino berada dekat dengan Andin. Ia menjadi cemburu lagi. Ternyata juga ada Reyna. Reyna malah bermain dengan Nino dengan gembira. Ia menjadi dobel cemburu.
“Salah,” lirihnya karena ternyata keputusannya menyuruh Andin pergi malah membuat Andin, Reyna, dan Nino berkumpul menjadi satu keluarga. Ia tidak jadi membantu beres-beres. Ia lekas menghampiri Andin.
“Loh, Al, tidak jadi bantu?” tanya berseru mama Rosa yang sedang bersama Sarah, Kiki, Mirna, dan Surya membereskan bekas makan.
“Andin, bantuin beres-beres bekas makan!” titah Aldebaran.
“Loh, tadi katanya suruh istirahat?” heran Andin. Al terdiam karena tadi ia memang menyuruh demikian. Kemudian, Andin melihat di dekatnya ada Nino. Ia pun paham Al sedang cemburu.
“Sekarang aku pikir ada baiknya kamu banyak membantu biar tidak bulat, tadi kan kamu makan banyak.” Al segera mendapatkan alasannya. Andin menjadi manyun karena kata-kata Al itu. Kemudian, Andin membalas dengan cara sengaja membuat Al semakin cemburu.
“Mama juga mau dong ikut melipat. Mas Nino, bisa ajarin aku?” Al langsung menyahut kertas di tangan Andin. “Mas!” protes Andin.
“Sana, bantu bersihkan bekas makan!”
“Tidak mau, tadi disuruh istirahat kok!”
“Em ... biar aku saja. Aku tadi sudah makan gratis tanpa bantu memasak. Jadi, biar sekarang bantu beresin.” Nino lekas bangkit dan kembali ke area membersihkan bekas makan. Andin merasa tidak enak dengan Nino. Andin lekas menyusul Nino.
“Salah lagi,” keluh Aldebaran sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena lagi-lagi keputusannya membuat Nino bersama Andin.
“Papa, bisa tidak melipat?”
“Bisa, Sayang, tapi sekarang mau bantu beresin bekas makan dulu.” Aldebaran menyentuh lembut dagu Reyna. Kemudian, menyentuh lembut puncak kepala Askara. Kemudian, ia lekas menyusul Andin dan Nino.
“Wah ... jadi banyak yang bantuin,” kata Mirna.
Makan malam dan membereskannya telah selesai. Hari semakin larut. Aldebaran yang tidak mau Reyna dan Andin dekat-dekat dengan Nino menjadikan hal itu alasan.
“Sudah makan malam! Malam sudah larut! Anak-Anak, ayo masuk ke dalam rumah! Andin, kamu juga!” seru Aldebaran.
“Ayo, Sayang!” ajak Andin ke Reyna dan Askara dengan menawarkan kedua tangannya. Reyna meraih tangan kanan Andin. Askara meraih tangan kiri Andin. Andin menuntun keduanya masuk ke dalam tiny house.
Kemudian yang lainnya juga masuk ke rumah mungil yang satu lagi. Elsa yang sejak tadi tidak dipedulikan Nino, melihat Nino sejenak dari pintu tiny house lalu menutup pintunya karena ia tahu kalaupun ia perhatian akan percuma. Randy dan yang lain masuk ke mobil yang telah ditata menjadi tempat tidur. Tinggallah Nino sendirian.
Tidak berselang, dari dalam tiny house yang ditempati Andin, Aldebaran, Reyna, dan Askara terdengar suara tawa Andin dan Aldebaran. Kemudian, terdengar pula suara Reyna dan Askara. Mereka sedang bercanda dalam kebahagiaan.
“Harusnya aku yang ada di dalam bersama Andin dan Reyna,” batin Nino. Nino mengedarkan netranya ke sekeliling lahan yang ditempati berkemah oleh keluarga Aldebaran. Kemudian, ia melihat ke tiny house yang ditempati Aldebaran. Suara tawa bercanda penuh kebahagiaan itu masih terdengar.
“Segera,” lirih Nino untuk niatnya menggantikan Al lalu pergi meninggalkan area itu.
Di dalam mobilnya, Nino merasa tidak betah. Bukan karena tidur di mobil. Bukan karena berada di tempat sepi penuh rimbun rindang tanaman. Akan tetapi, karena suara tawa bahagia keluarga Aldebaran tadi masih terus berdengung di benaknya padahal suara itu sudah tidak terdengar lantaran ia memarkir mobilnya cukup jauh dari area Aldebaran berada. Oleh karena itu, ia menjadi tidak betah bahkan merasa kesal.
“Harusnya aku! Harusnya aku!” pekiknya kesal karena merasa seharusnya dirinyalah yang ada di posisi Al. “Andin, Reyna .... Andin, Reyna .... Andin, Reyna milikku. Andin, Reyna milikku! Aku harus segera mengambil milikku dari Aldebaran! Segera!” Nino yang tidak tahan dengan suara itu padahal tidak terdengar, akhirnya, memutuskan pergi dari tempat itu. Ia bergegas membereskan mobilnya dan pulang.
Di perjalanan pulang, ia pun masih terngiang-ngiang dengan suara kebahagiaan keluarga Aldebaran Alfahri. Padahal sudah tidak mungkin lagi suara itu terdengar. Ia pun menyetir dengan kesal. Ia memukul-mukul setirnya. Ia pun berkaca-kaca menyesali semua yang telah berlalu. Harusnya kini, ia memiliki keluarga utuh. Harus kini, Andin dan Reyna bersamanya. Harusnya kini, dirinya yang bersama Andin dan Reyna tertawa bahagia seperti itu.
“Bukan Al, harusnya aku! Aku! Reyna dan Andin milik Nino, bukan milik Aldebaran Alfahri!”
“Aku mau keluargaku kembali! Bagaimana caranya keluargaku kembali?”
Beberapa orang yang kejar-kejaran menyeberang sembarangan. Nino menjadi mengerem mendadak. Hal itu menambah rasa kesalnya karena ia sedang kesal.
“Hah!” pekiknya sembari melihat ke arah yang kejar-kejaran. Kemudian, ia melihat yang sedang kejar-kejaran adalah seorang perempuan dan beberapa laki-laki. Perempuan itu tampak dikejar-kejar beberapa pria.
“Perempuan itu dalam bahaya,” lirih Nino menyimpulkan. Nurani Nino membuatnya tidak bisa mengabaikan mereka. “Buat apa aku peduli? Oke, Tuhan, aku akan peduli, tapi sebagai gantinya aku mau Reyna dan Andin. Aku mau keluargaku kembali menjadi keluarga utuh dan bahagia.” Nino melajukan mobilnya berbalik arah mengikuti arah yang sedang kejar-kejaran. Ia sedikit ngebut.
Ia menghentikan mobilnya. Kemudian, ia berlari menyusul mereka. Ia melompat menahan pergerakan para pria yang hendak meraih perempuan yang diincar.
Settt!
Nino kini berdiri menjadi tameng perempuan itu. “Hadapi aku dulu kalau mau perempuan ini!” tantang Nino. Para pria itu menjadi menyerang Nino.
Wusshh wusshh!
Bukkk bukkk bukkk!
Wusshh wusshh!
Bukkk bukkk bukkk!
Duasshh duasshh!
Wusshh wusshh!
Bukkk bukkk bukkk!
Nino cukup kewalahan menghadapi mereka.
Bersambung
Terima kasih
❤️❤️❤️
DelBlushOn Del BlushOn Del Blush On delblushon #delblushon :)