Contents
Gaun (Ikatan Cinta FF 2.0)
IC FF 23. Masuk TV
IC FF 23. Masuk TV
“Selamat pagi semuanya. Saya Nino. Pagi ini saya ingin memperkenalkan usaha saya yang baru di bidang fashion yaitu gaun. Ke depannya akan segera buka di mall-mall yang lain juga. Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim saya buka butik saya ARN Gaun!” Suara tepuk tangan bergemuruh.
“Di kesempatan ini, perkenalkan juga gaun-gaun asli produksi dan rancangan kami sendiri. Mari kita sambut para model! Kita saksikan rancangan ARN Gaun!” Nino membuka butiknya. Semua orang bertepuk tangan riuh. Kemudian, fashion show digelar dengan berjalan dari butiknya ke lantai-lantai mall dengan jalur yang telah diatur hingga berakhir lagi di butiknya. Beberapa model berlenggak-lenggok melangkah memamerkan koleksi-koleksi original ARN Gaun. Semua masyarakat yang ada di mall cukup antusias dengan produknya. Mereka segera menyerbu butik Nino dan memborong. Di antara yang diundang ada Aldebaran Alfahri sekeluarga, Rosa, Surya, Sarah, dan Elsa. Sesungguhnya Nino hanya mau Aldebaran sekeluarga karena sasarannya adalah Andin dan Reyna, tetapi Andin mewartakan serta mengajak ketiga orang tuanya. Andin pun memborong untuk keluarganya.
“Andin, untuk kamu dan Reyna, tidak perlulah beli, gratis!” ujar Nino.
“Aku mau borong loh, buat Mama Sarah dan Mama Rosa. Boleh sebanyak ini gratis?” Andin menunjukkan belanjaannya yang begitu banyak.
“Sebaiknya jangan, nanti kamu rugi!” kata Aldebaran.
Sembari melihat ke Nino, Elsa membatin, “Nino tidak menawarkan gaun gratis untuk gue?” Ia merasakan kalau Nino sedang mengabaikan dirinya.
Keesokan harinya, Nino pun membuka lagi ARN Gaun di mall yang lainnya. Namun, ia tidak lagi mengundang Aldebaran Alfahri karena memang cukup pembukaan butik yang pertama mereka datang. Setiap hari, ia disibukkan membuka butik baru. Selama sebulan terus-menerus ia membuka ARN Gaun. Tidak sampai di situ, ia melangkah hingga ke luar kota. Bahkan, ia kembangkan ke luar negeri. Ia sungguh bekerja keras karena ia memiliki tujuan besar Reyna dan Andin. Oleh karena itulah, ia memberikan nama bisnis fashionnya ARN. ARN adalah singkatan Andin, Reyna dan Nino. Ia berikan nama itu dengan harapan ia akan bisa bersama Andin dan Reyna menjadi satu keluarga utuh.
❤️❤️❤️
Mi mi mi ... mi atas mi bawah mi depan mi belakang mi satu dua tiga mi ciu ciu ciu!” seru Andin, Aldebaran, Reyna, dan Askara di depan ruang televisi. Di tempat itu juga ada Rosa, Mirna, dan Kiki. Ketiganya senyum-senyum melihat tingkah polah Aldebaran sekeluarga.
“Alhamdulillah,” ucap Rosa sembari melihat ke Kiki dan Mirna bergantian. Kiki dan Mirna turut mengucap dengan suai bibir.
“Habis gelap terbitlah terang,” celetuk Kiki.
“Semoga tidak lagi gelap setelah terang,” celetuk Mirna.
“Jangan sampai. Hidup memang ada saja masalah. Ada masalah biasa dalam hidup, tapi semoga bukan masalah besar dan bukan musibah,” ucap Rosa.
“Aamiin aamiin aamiin,” ucap Mirna dan Kiki hampir bersamaan.
Kemudian, layar televisi yang sedang menyala menayangkan berita. Berita itu menyoroti seseorang yang mereka kenal.
“Eh, lihat itu!” seru Mirna yang pertama kali melihat. Semua mata menjadi menuju ke layar televisi.
“Om Baik!” seru Reyna begitu girang.
“Siapa yang berperan penting dalam merancang koleksi-koleksi ARN Gaun, Pak Nino?”
“Saya ada pegawai namanya Rara. Ia seorang anak penjahit yang tidak diperkenankan untuk menjahit oleh ayahnya karena dengan menjahit ayahnya tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup. Namun, saya temukan Rara bukan hanya menuruni bakat menjahit. Ia memiliki lebih dari itu. Kalau sudah rezeki profesi apa pun akan menghasilkan. Akhirnya, saya rekrut dia dan jadilah ARN Gaun dengan koleksi-koleksi sendiri yang berbeda dan unik lain daripada yang lain.” Nino sukses dengan fashion dan masuk TV. Para wartawan kini sedang meliput fashion shownya yang sedang digelar besar-besaran. Model-model ternama pun banyak yang dilibatkan.
“Om Baik, hebat!” Reyna bangga saat melihat kesuksesan Nino di televisi.
Andin pun tidak menyangka. Ia ikut merasakan kebanggaan dan bahagianya Reyna atas kesuksesan Nino. Ia pun tidak bisa memungkiri ada terpecik sedikit rasa bangga karena ia memang orangnya tulus. Ia akan ikut senang bila orang lain senang. Ia akan ikut susah bila orang lain susah.
Aldebaran ikut senang atas keberhasilan Nino. Namun, melihat Reyna membanggakan Nino, ia menjadi iri. Ingin sekali rasanya ia di posisi Nino, dibanggakan oleh Reyna. Senyum Andin untuk Nino begitu tampak sehingga turut membuatnya cemburu. Ia pun menjadi menghapus rasa senangnya yang tulus akan kesuksesan Nino itu.
“Ck, ah, cuma begitu! Kamu, kita lebih sukses! Kamu apalagi jadi BA Maharatu! Kita bisa lebih dari ARN Gaun!” celetuk Aldebaran.
Andin mengerti Aldebaran. Kemudian, ia menjadi ingat jika Reyna sempat menginginkan mengganti Al dengan Nino. Ia pun menjadi khawatir jika kebanggaan Reyna kepada Nino bisa bikin Reyna kembali menginginkan hal itu.
“Iya, Papa Al, lebih hebat!” ujar Andin.
“Papa dan Om Baik, dua-duanya heeeebat!” ujar Reyna bangga kepada keduanya. Kemudian, ia menghampiri Aldebaran dan memeluk Aldebaran. “Gendong!” Reyna mengangkat kedua tangannya. Aldebaran tersenyum lantas lekas menggendongnya.
“Anak Cantiknya Papa!” Saat itu, Askara juga mengarahkan kedua tangganya ke Al. “Oh, iya, yang ini, Anak Gantengnya Papa!” Aldebaran menata berusaha bisa menggendong keduanya bersamaan.
“Sini dong sama Mama satu!” Andin mengarahkan kedua tangannya menawarkan ke Reyna dan Askara bergantian. Reyna dan Askara menggeleng. Andin cemberut. “Loh, kok gak ada yang mau sama Mama sih?”
“Kok berhenti mainnya? Main lagi dong biar seru, biar rame rumah!” kata Rosa.
“Ayo ayo kita main lagi!” seru Aldebaran.
“Main yang lain,” kata Reyna.
“Hm ... ganti mainan apa?” tanya Andin.
“Apa ya?” Reyna berpikir. Andin dan Al juga berpikir.
“Bagaimana kalau main mainan lama? Misal ular naga,” ide Rosa.
“Wah, seru tuh ular naga!” ujar Andin antusias. “Mau tidak, Reyna?” tawarnya kemudian kepada putrinya.
“Hm ... mau mau!” Reyna mengangguk antusias. Ia penasaran dengan permainan yang tidak pernah ia ketahui itu.
“Kurang tapi orangnya,” kata Aldebaran.
“Em ... kalau begitu, Mama, Mirna, sama Kiki harus ikutan,” ujar Andin.
“Boleh.” Rosa dengan senang hati ikutan. Kiki dan Mirna saling pandang berbinar lalu mengangguk-angguk antusias.
“Kurang banyak deh sepertinya. Kurang seru kalau cuma segini,” kata Aldebaran.
“Ajak saja Uya, Riza,” saran Rosa.
“Randy juga masih ada di depan deh,” terang Andin.
“Kiki, panggil semua orang yang ada di rumah ini untuk main ular naga di sini!” titah Aldebaran. Kiki mengangguk lalu lekas pergi dengan ngibrit.
Tidak lama berselang, semuanya telah hadir. “Ayo kita main ular naga!” seru Aldebaran antusias.
Mirza dan Mirna kebagian menjadi gerbang. Mama Rosa kebagian menjadi induk naga. Selebihnya menjadi anak-anak naga.
“Ular naga panjangnya bukan kepalang. Menjalar-jalar selalu kian kemari. Umpan yang lezat, itu yang dicari. Kini dianya yang terbelakang.” Semua orang dewasa bernyanyi. Reyna dan Askara mendengarkan dan mengikuti karena keduanya belum tahu.
Di saat semua sedang asyik bermain, Rara datang. Ia datang dengan menenteng kantong kertas berukuran besar dan kantong plastik berukuran besar warna merah. Ia juga membawa tas kulit pribadinya. Ia melihat pintu pagar terbuka dan tidak ada yang menjaga. Ia tolah-toleh lalu masuk saja. Pintu rumah ternyata juga terbuka. Ia mendengar suara riuh di dalam. Benaknya penuh tanya ada apa gerangan di dalam. Ia memanggil-manggil tidak ada yang menyahuti. Ia akhirnya memutuskan masuk saja.
Rara melihat kebahagiaan keluarga Aldebaran. Terbesit sayang juga kalau sampai dihancurkan oleh Nino. Akan tetapi, ia sudah berniat membantu Nino. Ia pun berhutang budi kepada Nino. Semua mata penghuni rumah tertuju kepada Rara. Rara tersenyum kepada mereka. Volume lagu dari mulut menjadi mengecil. Kemudian, permainan seru itu pun menjadi terhenti.
“Gerbang terbuka tidak ada yang jaga. Pintu rumah juga buka. Saya panggil-panggil kalian sepertinya sedang asyik sekali. Kalian masih ingat saya kan?”
“Ada perlu apa?” tanya Aldebaran sembari menghampiri Rara.
Melihat Al langsung menghampiri Rara, Andin menjadi cemburu. “Iiih, Mas Al, ada cewek cantik langsung mendekat sih,” batinnya kesal.
“Pak Nino mengirimkan ini sebagai syukuran atas kesuksesannya. Pak Nino juga memberikan undangan untuk Anda dan Ibu Andin. Mohon diingat hanya untuk Anda dan Ibu Andin. Undangan pesta para pebisnis.” Rara menyerahkan hadiah-hadiah dan mengeluarkan kartu undangan dari tas kulitnya.
“Oke, saya dan Andin akan datang. Terima kasih untuk kiriman-kirimannya ini. Katakan kepada Pak Nino, kami turut berbahagia dan kami mendoakan semoga sukses selalu bisnis fashionnya dan bisnis-bisnisnya yang lain,” ucap Aldebaran dengan tulus.
“Insya Allah, akan saya sampaikan,” ujar Rara dengan tersenyum.
Rosa membatin, “Entah kenapa aku merasa ada rencana melihat sorot mata Rara. Ada rencana apa Nino dengan undangan pesta ini?”
Bersambung
Terima kasih
❤️❤️❤️
DelBlushOn Del BlushOn Del Blush On delblushon #delblushon :)