Try new experience
with our app

INSTALL

Red Project  

Chapter 2

Gelap ... Sunyi ... Senyap. Tak ada satu suara pun kecuali perbincangan kecil dua orang Inggris dibalik bayangan pepohonan yang terkesan penuh misteri.


"Caraku sama dengan caramu. Jauh dibalik bayangan, menyerang layaknya cobra, beracun dan mematikan. Sekali kita maju, musuh pun sama dengan teman, sama-sama kita tinggalkan. Apa kau masih mengingatku? Jika tidak, mungkin mereka penyebabnya. Tenang saja akan kuhabisi mereka seperti mereka menghabisi kaum kita. Sudah lebih dari 100 tahun. Sekali lagi apa Kau masih mengingatku, Nak?"


"Begitu ya?"


"Yap, kurang lebih seperti itu."


"Pidato kecilmu bagus juga."


"Tentu saja, tak heran Tuan muda selalu mengandalkan kemampuanku ini."


"Kalau begitu kau saja yang mengurus bocah itu."


***


Bis itu melaju dengan cepat menembus dinginnya hari yang mulai gelap, sopir bis sekaligus guru olahraga itu dengan asyiknya mengemudi sambil mendengarkan musik favoritnya.


Semua penumpang sepertinya telah lelap membalas keletihan mereka masing-masing. Mengingat perjalanan yang cukup jauh dan pastinya membutuhkan waktu yang lama apalagi jarak menuju Komaba itu bukan main, itupun jika tidak macet. Sebenarnya akan jauh lebih mudah jika menggunakan jalur kereta api dari museum menuju Komaba, namun karena ini adalah study tour baik pulang maupun pergi harus bersama-sama dan itu sudah menjadi tanggung jawab sekolah.


"Apa itu?" Sopir bis itu melihat sesuatu di tengah-tengah perempatan jalan. Sesuatu itu terlihat seperti tiang, tidak!! semakin dekat terlihat seperti seseorang berpakaian serba hitam dilengkapi tudung kepala.


"Astaga.. siapa itu?" Suara pelan terdengar dari mulutnya.


Tiiiiinnnn tiiinn tiinnn tiinnnnn


Klakson bis terdengar cukup keras, namun sosok itu tetap diam layaknya patung, tak mengindahkan suara klakson sama sekali. Seperti seseorang yang siap mati ditabrak, lebih tepatnya bunuh diri.


"Siall!! Mau apa sih Dia?" Sopir itu mulai kesal.


Alih-alih berhenti Ia lebih memilih menancap gas menabrak sosok itu, berharap sosok tersebut akan menghindari tabrakan. Lagipula, perampokan dan pembunuhan di dunia ini bahkan dianggap legal, yang benar disalahkan dan yang salah dibenarkan. Pemerintah sudah terlanjur kotor apalagi di negara ini. Itulah yang Ia pikirkan.


Dengan sangat cepat bis itu melaju menghampiri sosok misterius tersebut hendak menabraknya.


Sopir bis itu nampak semakin kesal, emosinya meluap-luap. Tanpa sadar sosok itu sudah sangat dekat dengannya, sekitar tiga meter. Entah kenapa matanya memejam dengan sendirinya, dan anehnya saat Ia membuka mata kembali sosok itu telah hilang.


Kepanikan menjalar di sekujur tubuhnya, spontan Ia menginjak rem. Bis yang panjangnya 12,5 meter itu berhenti seketika. Sopir itu berdiri dari kemudinya, melihat sekitar. Ia tak mendapatkan apa-apa, sosok itu benar-benar lenyap. Ia tak tahu itu apa, namun firasatnya mengatakan hal buruk akan terjadi. Terlebih hal yang sangat membuatnya bertanya-tanya adalah para siswa. Bis yang berhenti seketika itu harusnya bisa membuat mereka langsung bangun, namun nyatanya semuanya masih terlelap seolah tak terjadi apa-apa.


Tanpa memikirkannya lebih dalam lagi, Ia kembali ke kemudi hendak melaju lagi, namun tiba-tiba angin dingin meniup tengkuknya Dengan cepat pandangannya menoleh ke arah pintu bis yang terbuka.


Pikiran-pikiran buruk ia buang, baginya pikiran positif adalah salah satu kunci keselamatan. Setelah menutup pintu itu pandangannya teralihkan ke belakang bis, bagian pojok kiri bis. Sosok yang tadi dilihatnya berdiri tegap disitu, sosok tersebut membuka tudungnya. Separuh wajahnya terlihat samar-samar, nampaknya usia pria itu terbilang cukup tua.


Sopir itu memberanikan diri mendekatinya. "Oeyy ... Kau siapa?"


Pria paruh baya itu tetap diam, Ia tak peduli dengan sekitarnya. Ia hanya ingin melakukan apa yang sudah direncanakan sebelumnya.


"Oeyy ... Apa Kau tuli?"


Lagi-lagi tak ada reaksi, pria itu masih berdiri tegap menatap Kei yang terlelap di tempat duduknya.


Dengan kesal sopir bis itu mengeluarkan handgun dan menodongkannya pada pria paruh baya tersebut.


"Siapa kau?? Apa maumu? Keluar dari sini sekarang!!"


"Rupanya kau melupakanku ya, Nak." Sebuah perkataan dengan bahasa dan aksen Inggris yang tak terduga keluar dari mulut pria itu. "Sampai jumpa Jack," sambungnya.


"Orang ini!!" Dengan cepat sopir bis itu menempelkan moncong handgun ke kepala pria itu.


Pria itu berbalik, ia memandang sopir bis dengan sayu. Ia tampak sedih menghadapi kenyataannya sendiri.


"Ya ampun, dari dulu sampai sekarang. Manusia sama sekali tak mengerti etika."


Emosi sopir itu semakin meningkat, Ia cukup mengerti apa yang dikatakan pria itu walau dalam bahasa Inggris. Jari telunjuknya hampir menekan pelatuk handgun-nya. "A-Apa katamu?!"


Tanpa sadar ia berkedip dan pria itu tiba-tiba menghilang entah kemana. Lagi-lagi membawa rasa penasaran dan kemarahan.


Sopir bis itu menghela napas menenangkan diri, mungkin ia hanya melihat sesuatu yang sepantasnya tak ada, mungkin itu hanya halusinasi. Efek kelelahan yang terlalu besar baginya bisa saja menjadi salah satu faktor ia mengalami hal itu.


Sebuah cahaya datang dari arah kanan menyilaukan matanya seketika, ia menyipitkan netranya sambil menduga-duga cahaya apa itu. Beberapa detik kemudian ia baru sadar bahwa itu adalah cahaya dari truk yang sedang melaju ke arahnya dengan kecepatan tinggi.


"Apa lagi sekarang?" batinnya kemudian memejamkan mata sejenak.


Kali ini tak terlihat kepanikan dari dirinya, mana mungkin? Pikirnya. Karena semakin dipikirkan akan membuat kepalanya semakin lelah, tubuhnya berbalik hendak kembali ke kemudi tanpa menghiraukan truk yang dilihatnya.


"Tadi apa yang kumakan dan minum ya? Kenapa aku jadi seperti orang mabuk." Helaan napas terdengar lagi.


Dan ternyata dugaannya salah besar...


Brukkk


***


Sirine mobil polisi disertai sirine beberapa ambulans meramaikan perempatan pada malam kala itu, semua orang terlihat sibuk sekali dengan pekerjaan mereka merespon peristiwa yang tergolong langka itu.


"Bagaimana situasinya? Apa kau sudah memeriksa semuanya?" Tanya pria yang terlihat memimpin kepada rekannya.


"Sudah, semuanya sudah diidentifikasi termasuk CCTV itu" ucap rekannya sambil menunjuk CCTV yang melekat di lampu jalan.


"Laporkan!"


"Baiklah dimulai dari bis. Bis itu merupakan bis dari Sekolah Menengah Atas Komaba. Sepertinya mereka dalam perjalanan pulang dari kunjungan mereka ke Museum National Tokyo. Kemudian, hampir 50% penumpang tewas karena hantaman itu, 50% lainnya mengalami luka-luka ringan anehnya mereka dalam keadaan pingsan. Sopir truk yang menghantam bis tersebut juga tak ditemukan, baik DNA-nya, sidik jarinya, maupun jejaknya. Sedangkan pada CCTV hanya memperlihatkan hantaman itu."


"Hmmm ... mungkin ini bisa jadi kasus sulit ketiga yang akan kita urus."


"Apa ada hal lain yang ingin kau sampaikan?"


"Itu ... 50% penumpang yang tewas itu berada di bagian belakang bis. Tapi ada satu penumpang, seorang siswa laki-laki yang tak tewas. Bahkan tak memiliki luka sekecilpun, Ia juga sama dengan yang lain dalam keadaan tak sadarkan diri."


"Kau sudah memeriksa tubuh bagian dalamnya? Organnya? Apakah terluka?"


"Sudah .. tidak ada sama sekali. Ia seperti ditaruh ditempat duduk setelah hantaman."


"Hmmm ... baiklah, kembali ke posisimu."


"Siap."


"Oke, jangan pikirkan fakta yang dikatakan si kecil. Pura-pura bodohnya sudah selesai, sekarang saatnya."


Pria itu memejamkan matanya, perlahan ia menajamkan kelima indranya. Ia berdiri tegap dengan tenang layaknya air tanpa rombakan, beberapa tenaga medis melihatnya dengan heran. Bahkan ada yang hendak menghampirinya namun dicegah oleh rekannya.


"Akhirnya aku sampai," ujar pria itu sambil membuka kedua netranya.


Alam bawah sadarnya seakan kembali ke masa sebelumnya, dengan jelas ia melihat kecelakaan tragis yang menewaskan setidaknya 17 orang itu.


Terlihat bayangan hitam di tengah-tengah perempatan dengan bis yang melaju dengan cepat, kemudian bis berhenti. Tak lama kemudian sebuah truk berkecepatan tinggi menghantamnya dari bagian belakang sisi kanan bis membuat bis itu terhempas ke kiri dan langsung terbalik.


"Apa yang kau lakukan?" Bayangan hitam tadi bergerak mendekatinya.


Pria itu terkejut setengah mati. "A-apa?!! Bagaimana mungkin??!!"


Kedua netranya terbuka kembali, ia sudah berada di dunianya. "Mustahil. Siapa Dia?? Kenapa Dia bisa bergerak di dalam alam bawah sadarku??"


Keringat dingin membasahi tubuhnya seketika, perasaan buruk tiba-tiba menghantuinya. Pandangan matanya mengelilingi kerumunan itu, ia merasa diawasi. Tapi dimana???


"Siall!!" Umpatnya kesal.


"Oeyy kecill!!" Suaranya meninggi memanggil rekannya.


"Ya, kenapa?"


"Cepat bereskan semua ini, setelah itu temui aku di markas!!" Perintah pria itu kemudian berlalu.


"Baik" tanpa basa basi ia langsung beraksi. Meskipun ada sesuatu yang ingin ditanyakannya karena kondisi kapten yang berubah drastis dari tenang menjadi gelisah.


***


Dua pria terlihat menjauhi kerumunan itu setelah kapten kepolisian berlalu.


"Boleh juga orang itu, bagaimana menurutmu?"


"Jangan bilang kau mau membunuh kemudian melahapnya"


"Hohoho ... tidak-tidak. Persepsiku mengatakan tingkatannya hanya level satu, Aku sama sekali tidak tertarik."


"Baguslah. Biarkan saja Dia, mungkin Dia bisa membantu Kita."


"Roger, Alexy."


"Oke. Kita berpisah disini. Sampai jumpa Willy."