Try new experience
with our app

INSTALL

The Client 

To Be Prank is back

Tampak di sebuah ruangan studio, berdiri seorang cowok yang sedang mengamati foto-foto projectnya dan kebersamaannya dengan teman-temannya itu. Ruangan itu begitu berantakan dengan koran, print-an scenario, dan property. 
“Alex! Luar biasa, as I was expecting it. Pasti kamu yang datang pertama!” ucap seorang paruh baya dengan setelan jas dan kemeja rapi.
Alex pun menoleh, terlihat mukanya yang tampan lalu tersenyum sopan. “Halo pak Ben”. Benny melihat sekitarnya agak sedikit geleng-geleng. Benny hampir bertanya di mana yang lainnya, tapi kemudian Indra dan Danish datang. 
“Eh, pak Ben! Halo pak, apa kabar?” Indra nyapa Benny dengan gaya caurnya. 
Benny hanya menepuk bahu Indra dengan senyum terkekeh. Sedangkan Danish malah langsung duduk sambil terima telpon dari tunangannya,
“Ngga sayang, aku mau nuansa pelaminannya tetap silver dan putih. Itu elegan banget. Trus nanti catering, biar aku sama mama aku aja yang kesana yah.” Benny lalu memperhatikan Danish yang akhirnya menutup telpon, tapi Danish malah tetep sibuk sama HPnya. “
Tak lama Rissa dan Guntur datang bersamaan, agak terdengar suara Guntur yang berbincang pada Rissa, 
“Acara kita itu udah ngga bisa diapa-apain, kenapa kita harus capek-capek cari klien sih?”. Lalu Guntur baru melihat Benny dia agak kecele dan berusaha untuk tersenyum saja.
Semua sudah duduk di meja tengah untuk meeting. Alex nampak sudah mengeluarkan iPad dan keypadnya. Guntur dan Danish melihat Alex dengan tatapan sinis dan meremehkan. 
“Oke saya to the point aja. Saya menerima beberapa tanggapan dari penonton setia dan didukung juga sama Executive Producer kita, kalau To Be Prank is back! Episode terbaru ini kita akan coba pancing tayang di Youtube Channel kita. Trus kalau berhasil, kita kembali tayang di televisi.” Benny tampak serius berdiri di depan mereka. Sedangkan, Guntur dan Danish nampak berpandangan malas.  
“Sudah ada yang dapat klien?” Benny sambil menyeruakkan tatapannya ke semua yang ada di meja meeting. Mereka terdiam sejenak seperti anak SD yang ditanya pekerjaan rumahnya masing-masing. 
“Belom pak..sebenarnya ada yang mau, tapi mereka minta konsep yang beda daripada yang lain. Soalnya sekarang banyak banget bentuk prank.” Indra coba jelasin dengan agak sedikit ragu. 
“Ya cari dong, gimana konsepnya! Kalian kan tim kreatifnya, banyak banget yang bisa diulik lho!” Benny menukas dengan tajam. 
“Kalo gini aja gimana pak, sambil kita coba undang dan nunggu invitation kita untuk pemirsa, kita puterin aja kumpulan episode prank kita yang terbaik. Misalnya, waktu itu yang pake ide gue, di taman bermain trus ada aja juga yang kebon binatang Ragunan.” Guntur coba jelasin dengan pedenya. Sedangkan Benny masih tampak ragu. Melihat keraguan Benny, Danish lalu menambahkan. 
“Iya bener kata Guntur pak, dengan begitu orang-orang jadi inget lagi sama prank kita.” 
“Nggak lah, kita butuh yang fresh! Lagipula, presentasenya ide lo, Gun, cukup jauh rating dan sharenya sama yang punya Alex!” 
Guntur lalu menatap tajam Alex, begitu juga Danish. Alex hanya terdiam di depan iPadnya. Indra dan Rissa pun terdiam canggung karena kata-kata pak Benny. 
Lima detik itu terasa sangat lama, hingga Alex akhirnya berbicara. “Pak, ada klien yang mengirim email ke email redaksi kita sekitar dua hari yang lalu. Saya baru cek. Namanya Bagas, dia mau ngasih surprise buat temannya”. Alex lalu menunjukkan email dari akun email bagas.prasetyo@gmail.com ke semuanya. 
“Nah itu! Hmm bentar deh, kalo Alex ngga ngecek email, kalian pada ngga tau kalo ada klien?!” Pandangan Benny lalu tertuju ke Rissa. “Kamu adminnya gimana sih Riss sampe ngga tau?” 
“Hmm..maaf pak.. belakangan ini kan saya diminta tim makeup bikin program beauty blogger yang baru, jadi ngga sempet.” Rissa menjelaskan, tangannya masih sambil memainkan gelangnya sendiri. 
Benny geleng-geleng kepala. “ah udah, saya ngga mau buang waktu. Alex, kamu lead project si Bagas itu. Pastikan semuanya berjalan lancar. Gue ngga mau ada kegagalan.” Benny lalu pergi meninggalkan ruang mereka. 
“Gila..gilaa lo bisa banget yah cari muka depan pak Benny. Gue udah tau email itu dari kemaren. Tapi gue ngga mau ngerjain program yang isinya sampah semua! Trus lo datang bagai pahlawan kesiangan! Pokoknya lo urus aja semuanya!” Guntur lalu ikut berlalu sambil kesal. 
Danish mau menggapai Guntur tapi dia keburu keluar, Danish lalu melirik tajam ke Alex “Eh, bapak yang sok jadi pemimpin! Lo tuh bener-bener yah, ngga ada otaknya” mendengus kesal lalu menyusul Guntur. Lalu hanya ada Indra dan Rissa yang tetap diam canggung dari tadi. Mereka lalu saling pandang untuk memberi kode pergi. Rissa pergi duluan, lalu Indra hanya menepuk bahu Alex dengan canggung lalu pamit.