Contents
The Client
The Character
Alex tampak sudah berada di ruangan To Be Prank, dia menempelkan beberapa sticky notes berisi rencananya untuk project Bagas. Kadang dia nampak serius, dan lalu tertawa kecil sambil menyeringai. Hingga Rissa, Indra, Guntur dan Danish masuk ke dalam ruangan. Guntur dan Danish lalu tergesa melihat file yang berada di Alex dan membaca apa yang Alex sudah tuliskan.
“Jadi lo meeting sama klien ngga ngajak-ngajak kita, Lex?” Danish melemparkan kertas yang tadi dia lihat.
“Bukan gitu Danish, bukannya kemarin... kamu mau ngurus catering buat pernikahan, trus Rissa sama Indra mau ngurus beauty blogger dan Guntur.. mau nemenin bapak kamu meeting sama investor kan? Jadi.. ya udah saya handle dulu sendiri dan akan report sama kalian.”
Semua saling berpandangan canggung bercampur kesal karena apa yang dikatakan oleh Alex adalah benar. Danish yang canggung langsung mengelak.
“Ah ya udah lah, toh besok siang juga kita udah survey!”
“Hmm..Si Bagas ini kreatif banget yah bikin konsep sendiri, pantesan lo gampang banget kerjanya Lex.” Guntur tersenyum meremehkan sambil melihat file-filenya.
“Tapi ini lokasinya di hutan Gun. Pasti ribet.” Danish kembali cemas.
“Iya ribet banget sih pasti...hmm, tapi sebenernya kita kan udah lama ngga outing keluar. Gue bisa cari inspirasi buat konten foto gue di Instagram dan blog gue. Lo mau bantu gue kan, Ndra?”
“Oh iya dong...” Indra langsung jawab cepet.
Danish menggeleng seperti masih belum puas, sedangkan Guntur masih mempelajari file sambil mengetukan jari-jarinya ke meja. Alex merasa agak terganggu dengan keadaan tersebut. Lalu dia akhirnya berbicara kembali.
“Tenang aja, saya udah ngobrol sama Pak Benny soal ini. Beliau udah setuju, yang penting kita bikin bagus aja.”
Guntur dan Danish langsung saling berpandangan keduanya melirik ke arah Alex dengan tajam. Sedangkan Rissa sibuk sendiri menata kotak make upnya dan Indra ngoprek-ngoprek kameranya untuk memecah suasana canggungnya.
***
Di sebuah studio foto tempat divisi lain melakukan photoshoot yang terang dengan lighting yang tertuju ke tengah. Nampak Rissa sudah memakai gaun princess layaknya Cinderella, dia sudah menggunakan make up yang senada dengan warna gaunnya. Di depannya sudah ada Indra yang sedang mengecek kameranya untuk siap memotret Rissa, sambil mengatur lensanya Indra membicarakan tentang comebacknya To Be Prank. Indra merasa ragu mana yang harus dia ikuti, sedangkan riskan banget kalau pakai set hutan. Rissa dengan acuh tak acuh bilang,
“Kita ikutin karena Pak Benny udah bilang yes. Nanti kalo salah, biar Alex yang nanggung. Se-simple itu kan, Ndra?”
“Iya sih, setuju. Dan seperti biasa, kalo ada apa-apa, kita ngikut Guntur sama Danish aja yang lebih powerful.”
“Iya dong.. udah ah, gue udah ngga ada harapan juga sama To Be Prank. Yuk fotoin gue aja, udah harus naik nih postingannya.”
Indra mengangguk lalu mencoba memotret Rissa yang terus berpose dengan berbagai gaya. Indra terlihat agak kesemsem memperhatikan kecantikan Rissa. Sesekali dia becandain Rissa supaya terlihat lebih dekat. Rissa sok-sokan ketawa nanggepin Indra.
Sementara itu, di belakang studio tersebut, ternyata sudah terlihat Alex yang memegang file berisi skrip comebacknya To Be Prank. Dia berniat memberikannya pada Rissa dan Indra. Tapi karena dia sudah mendengarkan pembicaraan mereka berdua yang mengucilkannya, dia hanya terdiam menunduk. Lalu pergi dari sana.
***
Empat bulan lalu...
Alex baru saja membaca message dari Pak Suryo, Executive Producer To Be Prank yang dikirimkan di grup Whatsapp tim To Be Prank. Dia mengirimkan gambar, Rating & Share yang dibold bagian To Be Prank-nya dengan peraihan yang tinggi. Pesan dari pak Suryo terhadap gambar tersebut “Keep up the good work, Lex. Sadis ide lo! ☺”. Alex tersenyum melihat pesan tersebut, dia lalu memasukkan HPnya ke saku dan berjalan ke arah parkiran. Lalu ada sebuah tangan yang menyengkram bahunya, Alex terkejut dan menoleh ke belakang. BHUUAAKK!!! Sebuah tangan menonjok mukanya dengan sangat keras. Saat Alex mencoba membuka matanya karena menutup kesakitan, dia lalu melihat Guntur sudah ada di depannya. Di belakang sudah ada Danish yang ikut geram melihat ke arah Alex.
“Lo sengaja kan bikin malu gue di depan klien!!!”
“Ng-ngga sama sekali Gun. Saya cuma nawarin solusi aja supaya lebih mudah.”
“Gilak sih, lo bisa ngga sih diem aja dan biar kita yang cariin solusinya?! Oke sekarang lo menang, tapi kemenangan lo ngga mutlak.” Danish sambil menarik kerah kemeja Alex dengan kasar.
Saat Alex mau membela dirinya, Guntur makin geram dan menonjoknya beberapa kali. Hingga Alex terkapar lemas di depan mobilnya. Danish yang takut bakalan ketahuan, lalu buru-buru mengajak Guntur untuk pergi. Guntur melirik geram ke arah Alex.
“Inget yah pengecut, sampai dua bulan kedepan, gue yang in-charge sama semuanya! Lo ngga boleh ikutan proses kreatifnya! kalo lo ngelanggar, lo tau apa yang bisa gue lakuin buat lo!”
Guntur pergi dari sana bersama Danish. Alex hanya menahan kesakitannya dan mencoba bangun dengan tertatih-tatih. Pandangannya melihat kepergian Guntur dan Danish dengan serba salah.