Try new experience
with our app

INSTALL

Tuhan = Kau = Sah 

KETIKA KERAGUAN ITU MELANDA : APA AKU YANG SALAH MENAFSIRKAN MAKSUD TUHAN?

  Di sebuah kamar, aku tengah duduk berzikir. Tanganku menggerakkan bulir-bulir tasbih. Sementara mulutku melafazkan bacaan keagungan untuk Tuhanku. Hati dan pikiranku seraya tadi terus bermonolog dengan Tuhan. Aku gundah. Batinku resah. “Apakah aku telah salah dalam menafsirkan maksud-MU ya Rabb? Apakah bukan perempuan itu yang seharusnya memang menjadi makmumku?”

  PRAAAANG!! nampak terdengar seperti suara kaca beling yang jatuh ke lantai. Aku hanya menarik nafas panjang. Aku tahu. Itu pasti botol minuman kerasmu yang jatuh. Sudah beberapa hari ini kamu menghabiskan malam dengan minumanmu itu. Dan sudah beberapa hari juga aku menghabiskan malam dengan butiran tasbih ini. 

  BUUUUUK!!BUUUUK!!BUUUUK!! terdengar suara tembok yang dipukul. Aku kembali menarik nafas panjang. Kini pasti dari sebelah kamar, kamu akan berteriak kepadaku agar aku mengambil minuman kerasmu yang lain yang berada di lemari pendingin. Aku memejamkan mataku. Aku tahan agar air mata ini tidak terjatuh. “Ya Rabb.. apakah aku telah gagal menjadi imam?”

7 BULAN YANG LALU 

  “Tidak bisa”. “Ngawur kamu. Model kayak begitu kamu jadikan istri.” Ucap papaku saat itu dengan nada yang lumayan tinggi. Mamaku saat itu hanya bisa menenangkan papaku saja. Meski aku tahu, mamaku juga setuju dan sependapat dengan papaku. Papa dan mamaku lebih menyetujui aku dekat dan menikah dengan Maryam, seorang anak dari kerabat lama papa. 

  Papa dan Mama selalu memuja Maryam setinggi langit. Maryam dibilang perempuan yang shalihah lah, pintar masaklah, perempuan yang juga mandirilah. Berbanding jauh dengan perempuan yang aku ajukan dan calonkan ke papa dan mama sebagai istriku. Yaitu kamu. Aku ingat sekali pertama kali aku kenalkan kamu ke papa dan mamaku. Papa langsung terkaget. Melihatmu dari atas ke bawah. Papa langsung geleng-geleng dan langsung beranjak masuk ke dalam kamar. Tidak keluar lagi. 

  Sementara mama meski mengobrol denganmu, tapi aku dapat menangkap kalau mama tidak nyaman berbicara denganmu. Mama hanya menghargai aku dan tamu yang datang ke rumah. Aku pun tahu. Kamu pasti juga menyadari kalau orangtuaku seperti tidak menerima kedatangan dan keberadaanmu. Kamu pun sedih saat itu. Tapi aku mengenalmu. Kamu adalah perempuan yang kuat. Kamu coba tahan air matamu itu. 

  Kamu pun bilang kepadaku untuk mengakhiri hubungan kita. Dan lebih baik aku mengikuti orangtuaku untuk menjadikan Maryam sebagai istriku. Tapi di situ aku menggeleng. Hatiku masih terpaut untukmu. Aku tidak mungkin menjalani hidup dengan orang yang tidak aku cintai. Sangat berdosa sekali aku hidup dengan Maryam. Tapi hatiku tidak untuknya.