Contents
Setulus Cintamu
Pencarian
Pagi ini sebelum berangkat bekerja aku menyempatkan diri mengunjungi Ayah. Istriku telah menyiapkan bubur sumsum kesukaan Ayah. Tiba-tiba, aku melihat pagar rumah Ayah terbuka. Tidak seperti biasanya. Aku pun segera bergegas masuk.
“Yah… Ayah di mana?”
Aku panggil beberapa kali sudah, tetap tidak ada jawaban. Di kamar, di kamar mandi, di dapur, sama sekali tidak ada.
“Kemana Ayah? Ngga biasanya Ayah pergi sendiri begini?” gerutuku.
Setelah beberapa saat mondar-mandir, aku pun melewati kalender yang terpajang di ruang tengah. Di kalender itu tertanda angka dilingkari warna merah.
1 Januari..
Ayah meyakini Ibu akan pulang di tahun baru, bertahun-tahun sudah Ayah menganggapnya begitu. Bahkan pernah setahun lalu Ayah pergi ke stasiun untuk menunggu Ibu kembali. Namun, selalu saja ia pulang dengan kecewa, pujaan hatinya tak tampak lagi.
Aku yang panik segera menelepon Yuni.
“Yun, kamu di mana?”
“Baru selesai praktek Mas, kebetulan udah ngga ada pasien lagi. Ada apa?”
“Ayah ngga ada di rumah Yun”
“Hah? Ayah ke mana Mas?”
“Rasanya Ayah pergi ke stasiun. Kita memencar cari Ayah ya”
“Tapi bukannya Mas ada kelas di kampus hari ini?”
“Sudah tak apa, nanti Mas yang atur. Terpenting Ayah ketemu dulu”
Aku dan Yuni sama-sama tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran kami. Terdengar jelas suara Yuni yang terkejut mendengar berita yang aku sampaikan.
Setelah aku bereskan izin di kampus, aku lantas memberitahu istriku, setidaknya dia tidak perlu cemas jika nanti aku pulang larut karena mencari ayah.
Tak jauh beda dari respond Yuni, istriku pun sama paniknya. Ayah, orangtua satu-satunya yang kami punya kini. Aku tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk padanya.
Aku pun segera mengemudikan mobilku beranjak mencari Ayah.
“Yah, tolong bertahanlah. Aku akan menemukanmu”.